REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk yakni PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (Wika Gedung) berencana melakukan kredit investasi pada 2018. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan dana.
"Tahun depan saya pikir saya masih punya cukup uang. Hanya saja kita akan kredit investasi saja dari bank untuk pendanaan jangka panjang," ujar Direktur Utama Wika Gedung Nariman Prasetyo kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (30/11).
Ia menambahkan, rencananya perseroan akan melakukan kredit investasi sekitar Rp 600 miliar. Meski begitu, kata dia, tidak menutup kemungkinan pula, perusahaan akan menerbitkan surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN). "Kalau situasinya bisa lebih memungkinkan, kita akan gunakan MTN tapi belum tau berapa yang akan diterbitkan," jelas Nariman.
Perlu diketahui, hari ini Wika Gedung telah resmi melantai di bursa. Perseroan yang tercatat dengan kode saham WEGE melepas sejumlah 2,87 miliar lembar saham baru atau setara 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Perseroan menawarkan saham perdana dalam penawaran umum perdana saham (IPO) dengan rentang harga Rp 290. Melalui langkah pencatatan saham perdana (listing), maka perseroan dapat memperoleh dana sekitar Rp 832,8 miliar dari publik.
Dana hasil IPO rencananya akan digunakan untuk investasi dan konsensi dengan porsi 70 persen. Sisanya, sekitar 30 persen untuk modal kerja.
"Seluruh dana yang kami peroleh sebanyak 70 persen akan kami gunakan untuk ekspansi usaha. Di antaranya 40 persen untuk bisnis forward itu adalah konsensi, kemudian 20 persen untuk perkuat core bisnis, dan 10 persen kami gunakan untuk investasi alat kerja sama IT," jelas Direktur Wika Gedung Nur Al Fata dalam kesempatan serupa.
Sebagai informasi, perseroan memiliki tiga strategi bisnis yaitu bisnis inti meliputi penyedia jasa konstruksi bangunan tinggi, lalu backward integration terkait industri pracetak, modular dan geoteknik. Kemudian terakhir, forward integration yang terdiri dari investasi dan konsesi.