Sabtu 18 Nov 2017 19:01 WIB

Bisnis Pesawat di Amerika Utara Teracam Kurangnya Pilot

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Persaingan ketat bisnis pesawat di Amerika Utara terancam kurangnya pilot. Persaingan antar maskapai juga makin tajam dengan berlomba menaikkan gaji pilot ke angka ganda.

Analis aviasi AS Rolland Vincent mengatakan, Boeing Co dan Airbus SE mendapat pesanan sekitar 700 unit pesawat badan sedang dalam sepekan gelaran Dubai Airshow pekan lalu. Meski itu akan mengurangi kekurangan pesawat untuk melayani jasa penerbangan, kebutuhan pilotnya pun akan naik mencapai 225 ribu orang pada 2027 mendatang.

Juru bicara Asosiasi Pilot Amerika (APA) Dennis Tajer, menyatakan, maskapai-maskapai mulai merekrut tenaga baru untuk menerbangkan jet-jet baru dan mengganti SDM pensiun. APA menyebut, American Airlines diprediksi merekrut 900 pilot pada 2018, naik dari hanya sekitar 500 pilot pada 2017.

''Pasar sangat ketat. Bila para pilot tidak dibayar memadai, mereka akan pergi,'' kata Tajer seperti dikutip Reuters, Sabtu (18/11).

Menurut suvei Asosiasi Bisnis Aviasi Nasional (NBAA), gaji seorang kapten pesawat maskapai menengah pada 2017 sebesar 130 ribu dolar AS. Sementara di maskapai besar bisa mencapai 268 ribu dolar AS.

Menurur Wakil Presiden Jet Aviation, Don Haloburdo, meski produksi pesawat nampak datar, kebutuhan tenaga pilot akan naik pada 2018. Gaji mereka juga naik 20 persen tiap tahun. Karena itu, maskapai akan menghadapi tantangan mencari kru kabin berkualitas.

Menurut Presiden Phoenix Rising Aviation, Warren Peck, akan sulit bagi maskapai mengubah jadwal bila mereka tidak punya kru kabin yang bekerja purna waktu. Perusahaan Peck sendiri menyediakan jasa pilot paruh waktu bagi maskapai yang kesulitan mencari pilot.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement