Selasa 14 Nov 2017 19:59 WIB

Sulsel Optimistis Wujudkan Taat Harga Beras

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Beras (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Beras (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Stabilisasi harga terus diupayakan pemerintah termasuk melalui penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Penerapannya saat ini di Makassar telah mencapai sekitar 90 persen.

"Karena kita punya tim pangan dan satgas pangan, ada juga tim pangan intern kita yang setiap saat memonitor kabupaten/kota serta para pelaku usaha," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Makassar Fitriani di sela-sela sosialisasi HET yang digelar di Grand Clarion Hotel, Selasa (14/11).

Ia mengatakan, HET tersebut tertuang dalam Permendag Nomor 57 Tahun 2017 tentang HET dan Permentan Nomor 31 Tahun 2017 tentang jenis dan mutu beras.

Meski telah mencapai 90 persen, pihaknya harus tetap meminitor kejujuran para pelaku usaha agar mencapai ketaatan 100 persen untuk taat harga. 

"Kalau itu semua taat harga dan kejujuran insyaalah bisa berjalan lancar," kata dia.

Staf Khusus Menteri Pertanian Sam Herodian mengatakan, satuan tugas (satgas) pangan bertugas mengawasi jika ada orang atau pihak yang menjalankan usahanya tidak sesuai aturan.

"Ada lagi, Pak Menteri minta tim khusus pangan untuk mengkoordinasikan supaya hal-hal ini tidak terjadi," kata dia.

Menurut dia, saat ini pihaknya baru terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Sedangkan, Sulawesi Selatan akan didatangi juga supaya jangan ada mispersepsi. Misalnya, ada teman-teman penggilingan yang beli beras ketakutan disangka menimbun.

‎Namun selama itu untuk kepentingan bersama dan mensuplai ke Bulog disertai adanya kontrak, itu tidak menjadi masalah. 

"Makanya, hal ini akan dilakukan koordinasi antara pemerintah dengan aparat kepolisian. Sebab, Bulog itu merupakan representasi bangsa Indonesia," ujarnya.

Kemudian, kata dia, kalau misalnya serap gabah (sergab) selama ini lebih banyak ke petani, sekarang bergeser ke penggilingan juga. Karena, dari bisnisnya penggilingan tidak hanya mengambil beras di sekitar penggilingan tersebut. Misalnya, ia melanjutkan, di Sumatera Utara bisa saja mengambil gabah dari Sulsel.

"Jadi tak ada masalah selama disuplai ke Bulog," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement