REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia kembali menguat pada Selasa (31/10) atau Rabu (1/11) pagi WIB, mencatat kenaikan bulanan untuk Oktober lebih dari 5,0 persen. Namun, para analis mengatakan sentimen bullish yang mendorong minyak mentah Brent ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun dapat mendorong produsen AS mengekspor minyak lebih banyak.
Patokan global, minyak mentah Brent naik 47 sen atau 0,7 persen menjadi menetap di 61,37 dolar AS per barel, mendekati level tertinggi Juli 2015 yang dicapai awal pekan ini, dan naik sekitar 37 persen dari level terendah 2017 pada Juni.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 23 sen atau 0,4 persen menjadi berakhir di 54,38 dolar AS per barel, masih mendekati level tertinggi sejak Februari dan mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
Para pedagang dan pialang mengatakan investor menyesuaikan posisi setelah kenaikan harga sekitar 5,0 persen pada Oktober. Untuk Oktober, Brent naik 6,7 persen, sementara WTI naik 5,2 persen. Diskon WTI terhadap Brent telah melebar menjadi hampir tujuh dolar AS, membuatnya menarik bagi eksportir.
"Perbedaan besar telah membuka pintu arbitrase regional, mendorong lonjakan ekspor minyak mentah AS dalam beberapa pekan terakhir," kata BMI Research dalam sebuah catatan.
Ekspor minyak mentah AS melonjak mendekati dua juta barel per hari (bph) dan produksi C-OUT-T-EIA telah meningkat hampir 13 persen sejak pertengahan 2016 menjadi 9,5 juta barel per hari.
"Masalahnya adalah segera setelah harga bergerak naik, terlalu mudah bagi produsen AS untuk menambahkan rig lain atau awak penyelesaian lainnya," kata Stewart Glickman, analis ekuitas energi di CFRA Research di New York, "Kemudian mereka meningkatkan produksi dan Anda kembali di mana Anda memulai."
Minyak mentah AS dan bensin berjangka memperpanjang kenaikannya pada perdagangan pasca-penyelesaian setelah kelompok industri American Petroleum Institute mengatakan bahwa persediaan minyak AS turun jauh lebih banyak dari yang diperkirakan.
Persediaan minyak mentah turun 5,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Oktober menjadi 456,8 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penurunan 1,8 juta barel. Stok bensin anjlok 7,7 juta barel, dibandingkan perkiraan 1,5 juta barel, kata API.
Data persediaan minyak pemerintah AS akan dirilis pada pukul 10.30 pagi (14.30 GMT) pada Rabu (1/11) waktu setempat.
Sentimen bullish telah didorong oleh sebuah janji oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan eksportir lainnya untuk menahan sekitar 1,8 juta bph dalam produksi minyak untuk memperketat pasar.
Ketaatan OPEC terhadap pengurangan pasokan yang dijanjikan naik menjadi 92 persen pada Oktober dari 86 persen pada September, sebuah survei Reuters menunjukkan, karena eksportir utama Arab Saudi terus memompa di bawah target OPEC dan produksi di Venezuela, yang berada dalam depresi ekonomi, menurun lebih jauh.
OPEC dijadwalkan bertemu berikutnya di kantor pusatnya di Wina pada 30 November.