Ahad 22 Oct 2017 01:27 WIB

Pemotongan Dana Nasabah BNI, Pakar TI Harap Bukan Penggelapan

Rep: fuji pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Nasabah BNI mengecek adanya bukti transaksi pembayaran atau potongan Tunggakan by rek sebesar Rp1000 melalui SMS Banking BNI di Jakarta, Kamis (20/10).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Nasabah BNI mengecek adanya bukti transaksi pembayaran atau potongan Tunggakan by rek sebesar Rp1000 melalui SMS Banking BNI di Jakarta, Kamis (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemotongan dana nasabah BNI sebesar Rp 1.000 dengan alasan pemeliharaan produk baru sehingga ada biaya yang dibebankan ke nasabah dinilai masuk akal, jika tidak dibebankan kepada semua nasabah. Pemotongan dana nasabah itu diharapkan bukan karena praktik penggelapan internal.

Chief of Digital Forensic PT Digital Forensic Indonesia Ruby Alamsyah menjelaskan, alasan pemotongan Rp 1.000 dari dana nasabah sebagai biaya yang dibebankan atas pemeliharaan produk baru terbilang masuk akal. Hanya saja, yang terjadi adalah sistem untuk produk baru ini memotong dana semua nasabah, baik pengguna produk tersebut maupun yang tidak. Pemotongan itu harusnya untuk nasabah produk bersangkutan saja.

''Alasan yang disampaikan manajemen BNI masuk akal. Tapi banyak nasabah yang kena, sehingga bisa jadi ada yang berpikir kena hack,'' kata Ruby, Sabtu (21/10).

Kalau bicara asumsi lain, ia berharap hal itu bukan karena penggelapan pihak internal. Walaupun hal semacam itu bukan sekali dua kali terjadi di perbankan.

Ruby mencontohkan sebuah bank asing di Eropa yang pihak internalnya mendebet dana nasabah sebesar beberapa sen. Karena beberapa sen, nasabah tidak mengeluhkan karena seperti tidak terlihat. Setelah belasan tahun, uang yang terkumpul hampir mencapai puluhan triliun. Kejadian itu disebut-sebut sebagai fraud terbesar di perbankan.

''Ini kekhawatir, tapi semoga bukan hal itu. Ini juga kemungkinna lain, kan belum tentu benar,'' kata Ruby.

BNI menyatakan sedang melakukan perbaikan dan akan melakukan kredit kembali ke rekening nasabah. Bagi nasabah yang memerhatikan, mereka akan memantau mutasi rekening pasca kejadian ini. Terutama untuk memastikan tidak terjadi pendebetan berulang.

Soal sistem teknologi perbankan Indonesia yang dinilai lemah, Ruby menyatakan itu tergantung siapa yang memberi penjelasan. Pihaknya sering dimintai bantuan mengatasi kasus penggelapan. Dari pengalamannya, sebagian besar sistem teknologi perbankan Indonesia aman dan canggih.

''Aman itu relatif, tergantung seberapa cepat berpacu dengan celah kebocoran. Bisa jadi ada celah baru yang terlambat direspons,'' ucap Ruby.

Sistem perbankan Indonesia besar dan kompleks. Sebagian besar sudah mengikuti regulasi keamanan yang diakui secara internasional, Bank Indonesia, maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Meski begitu tentu saja celah kriminal masih terbuka. Masih ada risiko yang dapat terjadi pada sistem perbankan nasional. Tapi itu pun tidak semua, bisa saja pada bank tertentu.

Pada bank-bank besar, Ruby melihat responsnya cepat. Sehingga menurutnya, Indonesia masih aman.

Sebelumnya, dana nasabah BNI ditarik Rp 1.000 secara tiba-tiba. Sejumlah spekulasi beredar di media sosial tentang kemungkinan adanya peretas. Namun pihak BNI membantah kabar tersebut. BNI menjelaskan saat ini pihaknya sedang melakukan proses pemeliharaan produk baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement