Sabtu 21 Oct 2017 04:25 WIB
3 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK

Teten Masduki: Investasi Infrastruktur tak Didominasi Cina

Rep: Melisa Riska Putri, Ahmad Fikri Noor, Rahayu Subekti, satria kartika yudha/ Red: Budi Raharjo
Pencapanan Target. Pekerja meneyelesaikan pembangunan proyek Infrastruktur di Jakarta. Jumat (29/9).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Pencapanan Target. Pekerja meneyelesaikan pembangunan proyek Infrastruktur di Jakarta. Jumat (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyebut, tidak ada dominasi suatu negara dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Teten mengatakan, pemerintah bahkan terus mengundang investor dari banyak negara untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Teten mengaku sangat tidak sepakat dengan adanya anggapan yang menyebut investasi di Indonesia, termasuk bidang infrastruktur, didominasi Cina. Pria kelahiran 6 Mei 1963 itu pun mencoba membeberkan data realisasi investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Dia menjelaskan, investor terbesar di Indonesia adalah Singapura. Porsi investasi Singapura pada sepanjang semester I 2017 mencapai Rp 23,5 persen dari total realisasi investasi Rp 336,7 triliun. Sedangkan kontribusi Cina hanya 12,6 persen. Sisanya, Amerika Serikat 6,2 persen, Hongkong 6,6 persen, Jepang 18,3 persen, dan negara-negara lainnya 32,8 persen.

Data investasi tersebut merupakan data secara keseluruhan, bukan spesifik untuk sektor infrastruktur. Akan tetapi, Teten menyebut data tersebut bisa menjadi gambaran umum terkait investasi. "Jadi, ada keseimbangan investasi asing di Indonesia. Ada yang bilang, kita dijual ke Cina. Tapi, buktinya Singapura paling tinggi," kata Teten saat berdiskusi dengan awak media, di kantornya, belum lama ini.

Teten tak menampik, kerja sama dengan Cina dalam hal pembangunan infrastruktur lebih mudah. Dia menjelaskan, pemerintah sudah cukup sering mengundang investor dari negara lain, seperti Timur Tengah. Akan tetapi, sebut Teten, kebanyakan investor Timteng kurang memiliki teknologi mumpuni dan hanya memiliki modal. "Yang kita butuhkan bukan hanya modal, tapi juga transfer teknologi," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement