REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memilih untuk lebih optimistis dalam menentukan target pertumbuhan perekonomian Indonesia dibandingkan proyeksi Bank Dunia. Dalam laporannya, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil Indonesia sebesar 5,1 persen pada 2017 dan 5,3 persen pada 2018.
"Pemerintah Indonesia memilih untuk lebih optimistis dengan menetapkan target pertumbuhan perekonomian sebesar 5,2 persen, berbeda 0,1 persen dari Bank Dunia. Sementara tahun depan 5,4 persen," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (3/10).
Menteri yang akrab disapa Ani itu mengaku, hal baik dari laporan tersebut adalah pertumbuhan investasi yang naik ke tingkat tertinggi sejak kuartal keempat 2015. "Ini adalah bentuk pengakuan dari upaya pemerintah untuk mereformasi banyak hal. Termasuk untuk memberi kemudahan dalam melakukan bisnis dan perbaikan dalam iklim investasi," ujar Ani.
Meski begitu, ia mengaku pemerintah masih tetap bersikap hati-hati. Ini karena dalam hal pertumbuhan kredit sektor perbankan belum menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Selain itu, Ani juga menyoroti hal menarik dari laporan mengenai pertumbuhan konsumsi swasta. Ia mengaku, seluruh faktor untuk mendukung peningkatan konsumsi telah muncul seperti penciptaan lapangan kerja, gaji meningkat lebih dari dua digit, inflasi tetap stabil, serta tingkat suku bunga rendah.
Bank Dunia mencatat pertumbuhan konsumsi swasta tetap sama pada kuartal kedua 2017. Momentum stabil dalam konsumsi swasta yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia itu berlawanan dengan beberapa faktor pendorong.
Ani mengaku, beberapa analisis menyatakan hal itu terjadi karena ada perubahan pada pola konsumsi masyarakat. Selain itu, transaksi jual beli daring juga belum tercatat.
Meski begitu, Ani meyakini untuk bisa menjaga pertumbuhan konsumsi yang kuat, inflasi harus tetap terjaga rendah, pekerjaan terus dibuat, dan terus membangun kepercayaan konsumen.