REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS terus terpantau menguat sejak Rabu (20/9) setelah keputusan Federal Reserve(Fed) yang mengisyaratkan akan menaikan suku bunga. Bank entral Amerika Serikat (AS) itu memperkirakan akan menaikan suku bunga lagi pada akhir tahun ini.
Meskipun akan menaikan suku bungapada akhir tahun ini namun bank sentral AS itu tetap mempertahankan suku bungannya saat ini. Hal itu dilakukan untuk mengurangi sekitar 4,2 triliun dolar AS kepemilikan obligasi AS dan sekuritas berbasis penggadaian.
Ketua Fed Janet Yellen mengatakan dalam sebuah konferensi pers setelah melakukan pertemuan. Menurutnya, penurunan inflasi tahun ini tetap menjadi seuatu yang belum terpecahkan. Dia juga menegaskan bahwa bank sentral AS siap untuk mengubah tingkat suku bunga jika diperlukan.
Beberapa pedagang dan investor mengira Fed kemungkinan memiliki rencana yang lebih bagus. Mengingat dampak ekonomi potensial dari badai topan baru-baru ini dan inflasi yang masih membuat perekonomian masih lesu.
Reaksi di pasar obligasi AS menujukkan banyak orang mungkin tidak mengantisipasi Fed akan tetap berpegang pada ekspektasi kenaikan suku bunga ketiga tahun ini. "Jadi ada sedikit penyesuaian yang terjadi di sana," kata Kepala Strategi Market Ameriprise Financial Boston, David Joy dikutip dari Reuters, Kamis (21/9).
Pedagang berjangka saat ini diketahui berada padaposisi 68 persen untuk kenaikan suku bunga Desember mendatang. FedWatch Tool CME Group mengungkapkan hal itu berarti ada kenaikan sekitar 60 persen sebelum pernyataan tersebut nantinya muncul.