REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jaringan toko mainan ritel terbesar Amerika Serikat (AS) Toys 'R' Us Inc akan mengajukan dokumen Chapter 11, yakni dokumen pengajuan pailit. Toys 'R' Us mengalami kebangkrutan setelah terlilit utang selama lebih dari satu dekade lalu.
Bangkrutnya Toys 'R' Us ini merupakan suatu pukulan telak bagi toko ritel konvensional akibat menurunnya frekuensi pengunjung dan ancaman toko online. Pengajuan dokumen pailit tersebut memungkinkan Toys 'R' Us melakukan restrukturisasi utang sebesar 400 juta dolar AS yang akan jatuh tempo pada tahun depan. Selain itu, toko mainan ritel ini juga merampingkan organisasinya.
Beberapa bank seperti JP Morgan Chase & Co, Barclays Plc, Goldman Sachs Group Inc, dan Wells Fargo & Co dikabarkan bersedia memberikan pembiayaan bagi Toys 'R' Us sebesar lebih dari 3 miliar dolar AS selama melalui masa bangkrut. Pembiayaan ini untuk menjamin para vendor bahwa mereka akan mendapatkan pembayaran produk Lego dan boneka Barbie yang telah dipesan di musim liburan tahun ini.
"Kami berharap kendala finansial bisa diatasi dengan efektif bersama dengan investor, tujuan kami bersama dengan para kreditor tersebut yakni untuk merestrukturisasi utang jangka panjang senilai 5 miliar dolar AS di neraca kami," ujar Chief Executive Officer Toys 'R' Us Dave Brandon dilansir Reuters, Selasa (19/9).
Kabar kebangkrutan Toys 'R' Us membuat saham beberapa vendornya terperosok. Saham produsen boneka Barbie dan mainan anak Fisher-Price, Mattel Inc, anjlok 6,2 persen. Selain itu, saham Hasbro yang merupakan produsen mainan Monopoly Nerf dan Transformers merosot 1,7 persen.
Brandon mengatakan, operasionalisasi Toys 'R' Us diluar AS dan Kanada merupakan entitas terpisah dan tidak berpengaruh terhadap kebangkrutan tersebut. Unit Toys 'R' Us di Kanada dikabarkan telah mencari perlindungan kepada Companies Creditor Arrangement Act di Pengadilan Tinggi Ontario.
Diketahui, Toys 'R' Us dibebani utang sebesar 6,6 miliar dolar AS pada 2005. Jaringan ritel mainan anak-anak ini memiliki aset sebesar 6,9 miliar dolar AS dan disebut sebagai kebangkrutan ritel terbesar kedua.