REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Keuangan Syariah tanah air terus berkembang pesat. Indonesia bahkan telah menjadi negara yang memiliki institusi keuangan syariah terbanyak di dunia.
Tercatat ada sebanyak 34 perbankan syariah, 58 operator takaful atau asuransi syariah, 7 modal ventura syariah, rumah gadai syariah hingga 5.000 lebih keuangan mikro syariah. Di lain sisi, jumlah pelanggan industri keuangan syariah saat ini telah mencapai 23 juta pelanggan. Bahkan hadirnya Syariah Online Trading System menjadi terobosan terbaru perkembangan keuangan syariah.
Kendati demikian, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) yang juga menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappernas), Bambang PS Brodjonegoro menilai pangsa pasar syariah Indonesia masih minim. Tahun lalu, jelas dia, pangsa pasar perbankan syariah baru mencapai 5,3 persen terhadap seluruh aset industri perbankan nasional.
Jumlah tersebut masih jauh dengan capaian pangsa pasar perbankan syariah negara-negara lainnya seperti Arab Saudi yang mencapai 51,1 persen, Malaysia 23,8 persen dan Uni Emirat Arab 19,6 persen. Sebab itu Bambang mengatakan perkembangan keuangan syariah Indonesia perlu terus didorong.
“Karena pangsa pasar yang masih minim, kapasitas industri keuangan syariah di Indonesia masih perlu penguatan untuk menjawab tantangan pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan dan energi, juga pengembangan industri manufaktur, maritim, dan pariwisata yang menjadi prioritas Pemerintah,” kata Bambang saat membuka Forum Riset Ekonomi Keuangan Syariah (FREKS) XVI di Auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada Selasa (12/9).
Bambang mengaku optimistis Indonesia bisa menjadi pemimpin dan pusat keuangan syariah global. Hal ini didukung dengan populasi penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam.
Menurutnya, Pemerintah pun tengah fokus untuk pengembangan keungan syariah nasional. Sebab, kata dia, keuangan syariah memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan nasional.
Diantaranya menjadi sumber pembiayaan pembangunan memlalui mobilisasi dana tabungan domestik. Selain itu, kata dia, pembangunan keuangan syariah yang tepat juga dapat menarik investasi asing, seperti investor timur tegah yang mencari tempat untuk menempatkan dana berlebih, inverstor konvensional yang memerlukan diersifikasi terhadap portofolio investasinya dan investor barat yang mencari inverstasi yang etis dan bertanggung jawa secara sosial.
“Pemerintah punya target pembangunan yang ambisius, perlu didorong dan dijalankan secara konsisten untuk peningkatan kesejahterana, kita tidak boleh puas dengan kondisi sekarang dan perlu segera menguatkan industri keuangan syariah kita,” katanya.