REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman membantah klaim dari maskapai penerbangan ekonomis Ryanair bahwa pinjaman pemerintah untuk Air Berlin sebagai bagian dari proses kebangkrutannya adalah sebuah "persekongkolan" untuk menjaga agar maskapai tetap beroperasi sampai mendapatkan pemilik baru.
Maskapai penerbangan Irlandia tersebut mengajukan keluhan kepada otoritas persaingan Uni Eropa setelah Air Berlin mengajukan perlindungan kebangkrutan dan kemudian mendapatkan pinjaman 150 juta euro (177 juta dolar AS) dari pemerintah Jerman.
Dilansir dari Foxbusiness, Kamis (17/8), Ryanair mengatakan bahwa ada "persekongkolan yang jelas" antara pemerintah Jerman, Lufthansa dan Air Berlin. Pinjaman tersebut akan membantu Air Berlin untuk menjaga agar penerbangan berjalan selama tiga bulan ke depan, sementara perusahaan sedang menegosiasikan kemungkinan kesepakatan dengan Lufthansa dan maskapai lain yang tidak disebutkan namanya, yang disebutkan oleh media Jerman mudah dilakukan.
Juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan bahwa "tidak masuk akal" untuk mengklaim bahwa paket penyelamat telah dilakukan. Beate Baron mengatakan kepada wartawan di Berlin bahwa pemerintah memperkirakan pinjaman maskapai penerbangan kedua terbesar di Jerman tersebut akan dilunasi.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga menjelaskan mengenai pinjaman pemerintah untuk Air Berlin dalam sebuah wawancara dengan empat pengguna YouTube terkemuka di Jerman.
Merkel mengatakan tidak akan pantas meninggalkan puluhan ribu pelancong yang terdampar di tempat liburan, "karena maskapai tersebut tidak akan mampu membayar bahan bakar" dan tiket pesawat tidak lagi dapat digunakan.
Biasanya, ketika sebuah maskapai penerbangan mengajukan kebangkrutan di Jerman, pesawat harus segera dihukum dan semua operasional lebih lanjut dihentikan.
Air Berlin mengajukan perlindungan kebangkrutan pada hari Selasa setelah pemegang saham utamanya, Etihad yang bermarkas di Abu Dhabi, mengatakan bahwa tidak akan ada lagi pembiayaan yang tersedia setelah bertahun-tahun upaya perputaran yang tidak berhasil.
Maskapai penerbangan yang membawa sekitar 80 ribu orang sehari, kebanyakan berada di tujuan jarak pendek, membukukan kerugian sekitar 782 juta euro tahun lalu.