REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Dua puluh siswa berprestasi asal Sulawesi Utara barangkali baru mengenal Papua dengan beragam budaya serta keindahan alamnya dari para pengajar mereka di sekolah, informasi di media massa atau dunia maya. Untuk bisa pergi dan mengunjungi berbagai tempat bersejarah, berinteraksi dengan masyarakat adat serta melihat dari dekat budaya khas masyarakat Papua boleh jadi masih jauh dari angan mereka.
Berkat prestasi dan kerja keras mereka, PT Semen Indonesia (Pesero) Tbk memberikan kesempatan kepada para siswa berpretasi dari 15 kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Utara untuk mengunjungi tanah Papua.
Mereka terpilih melalui Program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) yang dilaksanakan Semen Indonesia bersama dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dan PT Bhanda Ghara Reksa (BGR) di Papua. SMN merupakan bagian dari hajat besar Kementerian BUMN yang dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan BUMN Hadir Untuk Negeri.
Selama sepekan (22 hingga 29 Juli 2017), 20 siswa berprestasi dari jenjang SMA/ SMK dan SMALB mengikuti program SMN di Papua. Bersama mereka, ikut pula dua guru teladan serta seorang perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara yang ditunjuk sebagai pendamping para siswa.
“Bagi kami, mengenal lebih dekat Papua dan budayanya ini menjadi satu kebanggaan, karena bisa terpilih dari ribuan siswa di Sulawesi utara,” kata Andreliano Rompis, siswa SMAN 9 Binsus, Manado.
Selama di Papua ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran hidup, nilai-nilai moral, serta keragaman dan eksotisme budaya maupun tradisi masyarakat Papua sehingga semakin mengenal keragaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
“Kami baru mengerti jika di Papua yang luasnya tiga kali Pulau Jawa ini memiliki 250 suku serta 271 bahasa daerah,” keta dia.
Tak hanya para peserta yang mengapresiasi program SMN ini, Semen Indonesia pun mengharapkan program ini menjadi salah satu unggulan untuk menanamkan kecintaan generasi muda kepada bangsanya. Direktur Sumber Daya Manusia dan Hukum PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Agung Yunanto mengatakan Papua memiliki potensi kekayaan alam yang sangat luar biasa. Untuk mengelola potensi dan kekayaan alam yang sangat luar biasa ini dibutuhkan peran para pemuda yang potensial dan berkualitas agar bangsa ini menjadi lebih sejahtera.
“Khususnya tentang keragaman budaya, kekayaan Nusantara dan potensi daerah di negeri ini melalui interaksi langsung siswa dengan pemerintah dan masyarakat di provinsi yang dikunjungi,” kata Agung Yunanto.
Selain itu juga untuk menumbuhkan kesadaran bahwa keragaman itu merupakan kekuatan NKRI. “Sebab di tangan generasi muda, potensi bangsa yang besar dapat diolah dengan baik yang akan mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang besar,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua, Elias Wonda mengharapkan, pengalaman yang telah diperoleh para peserta SMN selama berada di Papua semoga bisa menjadi cerita menarik bagi daerahnya masing- masing. Dengan begitu, masyarakat di pelosok Indonesia akan semakin mengenal Papua melalui keragaman budayanya, kekayaan alamnya serta keterbukaan masyarakatnya. Termasuk menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air.
“Namun cerita Papua adalah cerita tentang kekayaan sumber daya alam, keindahan dan pesona budaya serta keramahtamahan masyarakatnya,” kata Elias yang berkesempatan menutup program SMN di Papua ini.
Program BUMN Hadir Untuk Negeri yang diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT ke-72 RI ini menyasar seluruh lapisan masyarakat melalui berbagai kegiatan, tak terkecuali para siswa yang duduk di bangku sekolah. Di wilayah Kabupaten Jayapura para siswa mengunjungi Danau Sentani melalui Pantai Kalkote dengan perahu bermesin. Selain menikmati keindahan dan pesona danau ini, rombongan peserta SMN tak lupa menyambangi Desa Asei, Sentani Timur untuk melihat kerajinan kulit kayu.
Melengkapi kunjungan ke Kabupaten Jayapura, para siswa ini juga menyambangi jejak Jenderal Douglas MacArthur, tokoh Perang Dunia II di kawasan Pasifik, yang berada di Ifar Gunung yang kini masuk dalam lingkungan Resimen Induk Kodam XVIII/Trikora.
Desa Skow Mabo, Distrik (Kecamatan) Muara Tami, Kabupaten Jayapura atau desa terluar yang berbatasan langsung dengan wilayah Papua Nugini (PNG) menjadi destinasi berikutnya selain Museum Antropologi Universitas Cenderawasih (Uncen), Danau Love, dan menikmati makanan khas papeda. Di Kabupaten Jayawijaya, peserta SMN mengunjungi Kampung Adat Sompaima, Distrik Kurulu, Wamena untuk melihat mumi Mabel, atau mumi kepala Suku Wi Motok yang telah berusia tiga abad.
Selanjutnya, peserta megunjungi Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya untuk menyaksikan kearifan lokal Suku Dani yang masih mempertahankan tradisinya. Yang tak kalah menarik, para peserta disambut siswa/ siswi SMAN 1 Wamena dengan tradisi bakar batu.