REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi (26/7), bergerak menguat sebesar 18 poin menjadi Rp13.309 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.327 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa perkiraan pelaku pasar uang terhadap kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang akan mempertahankan suku bunga acuannya menjadi salah satu faktor yang membuat dolar AS masih mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
"Suku bunga The Fed diperkirakan tetap, sinyal Ketua The Fed Janet Yellen yang dovish bisa meminta pelemahan dolar AS berlanjut di pasar global," katanya.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah yang meningkat akibat rencana Arab Saudi meredam ekspor telah mendorong kenaikan yield obligasi global yang sebelumnya konsisten bertahan di level rendah Sementara itu, harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,98 persen menjadi 48,36 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,80 persen menjadi 50,60 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa fluktuasi rupiah relatif masih terbatas menjelang pertemuan Komite Kebijakan Pasar Terbuka (FOMC) pada pekan ini. "Berdasarkan historis, menjelang pertemuan FOMC pergerakan rupiah cenderung terbatas. Hal itu dikarenakan pelaku pasar uang mengambil posisi 'wait and see' terhadap kebijakan The Fed," katanya.
Ia mengharapkan bahwa sentimen dari dalam negeri yang cukup kondusif dapat menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah jika hasil keputusan dari FOMC diluar ekspektasi pasar. Saat ini, pelaku pasar uang memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan suku bunganya.