REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Semin meneliti tentang kapal berbahan bakar gas. Hasilnya, bahan bakar gas membuat kapal lebih efisien hingga 50 persen.
Dari penelitiannya tersebut didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain performa mesin kapal berbahan bakar gas Emisi NOx mesin turun, emisi hidrokarbon mesin turun, Emisi gas CO mesin turun, dan biaya operasional bisa ditekan hingga 50 persen.
Penggunaan bahan bakar gas pada kapal terdapat dua metode, yakni, bahan bakar ganda yang bisa menggunakan solar dan gas, atau motode bahan bakar tunggal. Metode bahan bakar ganda mengharuskan penambahan bahan bakar gas termasuk pipa-pipa untuk mengalirkan gas.
Kapal Berbahan Bakar Gas Lebih Hemat 50 Persen
"Mesin tidak mengalami perubahan hanya penambahan instalasi gas. Sudah ada injektor yang bisa memasukkan dua bahan bakar sekaligus," imbuhnya.
Konversi bahan bakar gas di kapal tergantung besar mesin. Untuk kapal feri, konversi membutuhkan biaya antara Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Tapi biaya tersebut akan kembali dalam waktu tidak sampai setengah tahun.
Sementara konversi kapal nelayan hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta karena ukuran mesin kecil. Sedangkan untuk kapal militer dibangun dari awal sudah menggunakan bahan bakar gas atau bahan bakar ganda yakni gas dan solar.
Meski demikian, masih diperlukan upaya edukasi terutama kepada nelayan untuk mengubah dari kebiasaan menggunakan bahan bakar solar untuk beralih ke gas. Sebab, tangki bahan bakar gas lebih berat. Ke depan, Semin akan mencoba meneliti penerapan bahan bakar gas pada kapal militer berlabel green ship atau kapal ramah lingkungan.
Selain itu, pemanfaatan bahan bakar gas di Indonesia memiliki kelemahan yakni belum banyak stasiun pengisian bahan bakar gas. Saat ini stasiun pengisian bahan bakar gas hanya terdapat di pelabuhan-pelabuhan besar.