REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah Indonesia optimistis perbaikan pertumbuhan ekonomi Cina bisa ikut mendorong perbaikan kinerja perdagangan Indonesia. Ekonomi Cina tumbuh 6,9 persen di kuartal II tahun ini, lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya. Membaiknya ekonomi Cina, diharapkan bisa ikut meningkatkan permintaan pasar Cina terhadap produk Indonesia. Apalagi Cina merupakan negara tujuan utama ekpsor Indonesia selama ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, dorongan untuk ekspor Indonesia bisa saja terjadi namun tidak dalam waktu dekat. Menurutnya, imbas perbaikan ekonomi Cina baru bisa dirasakan di kuartal III 2017.

"Namun ya perubahan baru sekarang itu jangan terburu-buru lah. Sebulan kita lihat dulu. Biasanya tidak langsung. Perlu waktu juga itu baru mulai terlihat dampaknya," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (18/7).

Meski begitu, Darmin mengaku belum ada gambaran sektor apa yang kira-kira bisa terdongkrak kinerjanya setelah ekonomi Cina menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Menurutnya, secara garis besar Indonesia perlu melihat hal ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan kinerja ekspor.

Ekspor Indonesia dinilai sudah mulai memberikan kinerja surplus sejak akhir tahun lalu. Meski begitu, surplus yang terjadi lebih karena perlemahan impor yang lebih dalam dibanding ekspornya. Darmin berharap, perbaikan kinerja ekspor bisa memberikan surplus yang lebih sehat.  "Hubungan perdagangan dan ekonomi itu adalah sesuatu yang dilakukan oleh banyak sekali orang. Karena kalau pertumbuhan dia meningkat, tentu terbuka kesempatan untuk ekspor kita lebih baik," katanya.

Pemerintah Cina menargetkan pertumbuhan ekonomi negaranya bisa tembus 6,5 persen pada 2017 ini. Kuartal I dan II ini, Cina berhasil mencatatkan pertumbuhan di atas ekspektasi di level 6,9 persen. Kalangan ekonom memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 6,6 persen pada 2017.

Ikuti Whatsapp Channel Republika