Selasa 18 Jul 2017 15:03 WIB

Rokok Sumbang Kemiskinan Masyarakat Yogya

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Nur Aini
Merek rokok resmi (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Merek rokok resmi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rokok sebagai salah satu komoditas yang menyumbang kemiskinan di DIY. Kepala BPS DIY, JB Priyono mengatakan, terdapat lima komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi cukup besar terhadap garis kemiskinan di perkotaan yaitu beras, rokok, daging ayam, telur, dan gula.

"Rokok memang memberikan kontribusi yang cukup besar," ujar Priyono, di Yogya, Selasa (18/7).

Hal itu dibuktikan dengan data BPS per Maret 2017 yang menggambarkan bahwa untuk masyarakat perkotaan, rokok menempati urutan kedua dalam memberikan kontribusi pada garis kemiskinan. Sedangkan pada masyarakat perdesaan, rokok berada pada posisi ketiga.

"Kami belum mengetahui apakah ini budaya atau apa, yang pasti kami masih menemui masyarakat yang lebih mengutamakan untuk membeli rokok dari pada membeli makanan. Padahal rokok tidak menyumbang kalori bagi tubuh," kata dia.

Untuk rincianya, di perkotaan, urutan penyumbang kontribusi garis kemiskinan diisi oleh beras dengan kontribusi 27,31 persen, rokok 12.06 persen, daging ayam 6,99 persen, telur 6,97 persen dan gula pasir 5,3 persen. Sedangkan di pedesaan, beras berkontribusi sebesar 33,08 persen, daging ayam 6,88 persen, rokok 6,33 persen, telur 5,3 persen dan gula pasir 4,55 persen.

Melihat fakta bahwa rokok masih berkontribusi dalam garis kemiskinan, ia mengakui bahwa untuk menekan hal itu secara optimal hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat. "Intervensi dapat dilakukan salah satunya dengan menaikan cukai rokok," ucapnya.

Sedangkan untuk komoditas nonmakanan, pemenuhan perumahan merupakan komponen yang paling besar kontribusinya dalam angka garis kemiskinan. Rincianya, di perkotaan, perumahan berkontribusi 27,62 persen, BBM 25,65 persen, listrik 9,67 persen, pendidikan 7,26 persen dan kesehatan 3,88 persen. Untuk di perdesaan, kontribusi perumahan sebsar 24,37 persen, BBM 21,65, listrik 6,11 persen, kesehatan 6,02 persen dan pendidikan 5,96 persen.

Meski demikian, BPS mencatat adanya penurunan jumlah penduduk miskin di DIY. Ia mengatakan, per Maret 2017, jumlah penduduk miskin di DIY adalah 488.530 orang. Jumlah ini terlihat lebih rendah dibanding Maret 2016 yang totalnya 494.940 orang dan September 2016 yang jumlahnya 488.830 orang.

Penduduk miskin tersebar di perkotaan dengan porsi 63,26 persen, sedangkan di perdesaan sebanyak 36,74 persen. Jumlahnya, di kota terdapat 309,030 orang, jumlah ini berkurang 11.320 orang dibanding keadaan Maret 2016. Sedangkan  di perdesaan, jumlahnya  179.510 orang. Turun 17.720 orang dibanding Maret 2016 yang jumlahnya mencapai 197.230 orang.

Baca juga: Ketimpangan Yogya Tertinggi, Ekonom: Akibat Banyak Mal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement