Ahad 09 Jul 2017 13:20 WIB

Garam Langka, Industri di Jabar Terancam tak Bisa Produksi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Petani memanen garam (Ilustrasi)
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Petani memanen garam (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah diminta segera mengeluarkann izin impor garam secepatnya. Pasalnya, saat ini, mayoritas industri di jabar terancam tidak bisa berproduksi lagi akiba meroketnya harg agaram hingga 400 persen.

"Selain mahal, garam pun langka," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat Deddy Widjaya, Ahad (9/7).

Deddy mengatakan, saat ini, mayoritas industri strategis membutuhkan garam di antaranya, industri tekstil, penyamakan kulit, aneka pangan hingga farmasi. Parahnya lagi, Jabar merupakan pemakai garam terbesar.

Saat ini, harga garam di pasaran sudah mengalami kenaikan hingga 400 persen dari semula Rp 700 menjadi Rp 3.500 bahkan ada yang Rp 4.000 per kg. Dengan harga yang tinggi, sudah bisa dipastikan industri di Jawa Barat tidak bisa bersaing lagi.

"Bukan hanya mahal, barangnya pun tidak ada. Ini jadi masalah. Kami minta pemerintah jangan membiarkan industri banyak yang gulung tikar akibat tidak adanya garam," katanya.

Deddy menilai, apabila, keberadaan PT Garam tidak bisa memberikan solusi konkret terhadap pemenuhan kebutuhan garam nasional, maka ia mendorong agar perusahaan plat merah itu sebaiknya dibubarkan. Kemudian, regulasi untuk impor dibuka seluas-luas untuk semua pihak.

"Kalau masalah garam ini tidak bisa diatasi, maka masyarakat sendiri yang akan menanggung kerugiannya karena harga barang menjadi mahal," katanya.

Terkait kebutuhan garam ini, menurut Deddy, Apindo Jabar siap menjadi regulator dan mengatur kebutuhan garam untuk memenuhi industri. "Buka regulasi seluas-luas untuk impor garam," kata Deddy menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement