REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia mengatakan pada Ahad (4/6) bahwa perekonomian dunia akan meningkat pada tahun ini. Peningkatan ini akan ditopang oleh kenaikan harga komoditas dan kenaikan dalam perdagangan global.
Badan keuangan global ini memperkirakan pertumbuhan 2,7 persen akan dicapai pada tahun ini dan 2,9 persen pada 2018. Angka tersebut meningkat jauh dibandingkan pertumbuhan 2016 sebesar 2,4 persen.
Bank Dunia melihat ekonomi AS tumbuh 2,1 persen tahun ini, naik dari 1,6 persen pada 2016. Sementara itu ekonomi 19 negara zona euro hanya tumbuh 1,7 persen atau turun sedikit dari pencapaian tahun lalu 1,8 persen.
Sedangkan perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh 1,5 persen. Pertumbuhan ini akan menjadi yang tercepat sejak 2013 dan naik dari pertumbuhan tahun lalu sebesar 1 persen.
Perlambatan pertumbuhan akan dialami Cina. Bank Dunia memprediksi ekonomi Cina akan tumbuh melambat dari 6,7 persen pada 2016 menjadi 6,5 persen pada 2017 dan 6,3 persen pada 2018. "Negara ini (Cina red) bergerak menjauh dari pertumbuhan. Investasi yang boros telah membawa Cina ke arah pertumbuhan yang lebih lambat dan stabil berdasarkan belanja konsumen," ujar Bank Dunia dalam pernyataannya seperti dilansir AP, Senin (5/6).
Lebih lanjut Bank Dunia menyatakan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi global tidak berubah dari perkiraan yang dipublikasikan pada Januari lalu. Namun, di sisi lain Bank Dunia juga menyampaikan kabar baik bahwa harga komoditas akan kembali naik setelah mengalami penurunan dua tahun terakhir.
Bank Dunia memprediksi harga minyak akan naik 24 persen dan harga komoditas non-energi naik 4 persen pada tahun ini. "Perdagangan dunia diperkirakan tumbuh 4 persen pada 2017, tercepat dalam tiga tahun," ujar Bank Dunia.