Senin 15 Jan 2024 19:14 WIB

Suram, Ekonom Dunia Prediksi Pertumbuhan Tahun Ini akan Melemah

56 persen ekonom berpendapat ekonomi dunia tahun ini akan melemah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Dalam jajak pendapat terbaru ekonom dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan mengalami penyusutan dan ketidakpastian karena gejolak geopolitik.
Foto: AP Photo/Michael Probst
Dalam jajak pendapat terbaru ekonom dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan mengalami penyusutan dan ketidakpastian karena gejolak geopolitik.

REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Dalam jajak pendapat terbaru ekonom dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini akan mengalami penyusutan dan ketidakpastian karena gejolak geopolitik. Serta pengetatan finansial dan perubahan akibat teknologi kecerdasan artifisial.

Setiap tahun menjelang World Economic Forum (WED) di Davos, Swiss, digelar jajak pendapat ke lebih dari 60 ekonom dari sektor publik dan swasta dari seluruh dunia untuk membuat sketsa prioritas bagi pemimpin negara dan bisnis.

Baca Juga

Dalam jajak pendapat yang dirilis Senin (15/1/2024) sebanyak 56 persen ekonom berpendapat ekonomi dunia tahun ini akan melemah. Dengan tingkat perbedaan antara kawasan yang sangat tinggi.

Sementara mayoritas ekonom berpendapat ekonomi Cina dan Amerika Serikat (AS)  akan tumbuh moderat atau tinggi.  Konsensus melihat pertumbuhan ekonomi Eropa akan melemah atau sangat melemah.

Prospek untuk Asia Selatan dan Asia Timur dan Pasifik lebih positif, dengan mayoritas yang sangat tinggi memperkirakan setidaknya pertumbuhan moderat pada tahun 2024.

Pendapat ekonom merefleksikan komentar dari bank-bank sentral dunia yang menunjukkan suku bunga  mencapai puncaknya. Sekitar 70 persen ekonom memperkirakan kondisi keuangan dunia akan melonggar seiring dengan menurunnya inflasi dan meredanya keketatan di pasar tenaga kerja.

Kecerdasan artifisial terlihat memberikan dampak yang tidak merata pada ekonomi dunia: sementara 94 persen memperkirakan kecerdasan artifisial akan meningkatkan produktivitas secara signifikan di negara-negara berpenghasilan tinggi selama lima tahun ke depan. 

Hanya 53 persen yang memperkirakan hal yang sama untuk negara-negara berpenghasilan rendah. Terpisah, WEF merilis studi tentang "kualitas" pertumbuhan ekonomi di 107 negara.

Dalam laporan itu WEF menyimpulkan sebagian besar negara tumbuh dengan cara yang tidak berkelanjutan baik dari sisi lingkungan maupun sosial.

"Menghidupkan kembali pertumbuhan global akan sangat penting untuk mengatasi tantangan-tantangan utama, namun pertumbuhan saja tidak cukup," kata Managing Director, World Economic Forum Saadia Zahidi.

WEF mengatakan mereka meluncurkan kampanye untuk mendefinisikan pendekatan baru terhadap pertumbuhan dan membantu para pembuat kebijakan untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan prioritas-prioritas sosial, lingkungan, dan prioritas-prioritas lainnya. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement