Ahad 28 May 2017 22:37 WIB

Strategi Kemenperin Dorong Kontribusi Sektor Manufaktur

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Dwi Murdaningsih
 Dua pekerja memilah batubara untuk membuat briket batubara di  lingkungan balai pengembangan perindustrian sub unit pengembangan IKM logam, Gedebage, Kota Bandung, Kamis (6/8).   (foto : Septianjar Muharam)
Dua pekerja memilah batubara untuk membuat briket batubara di lingkungan balai pengembangan perindustrian sub unit pengembangan IKM logam, Gedebage, Kota Bandung, Kamis (6/8). (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenerpin) mendorong kinerja industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) agar memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan sektor manufakur dan ekonomi nasional. Pada 2016, sektor ini tumbuh hingga 3,87 persen dengan menyumbangkan sekitar 4,93 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) nasional.

Dirjen ILMATE Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, industri manufaktur saat ini baru memberikan kontribusi mencapai 18 persen. Dengan target mencapai 30 persen, maka Kemenperin hanya butuh 12 persen lagi meningkatkan sektor yang menjadi salah satu penggerak utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Untuk itu, kami akan mendorong melalui tiga kelompok industri, yakni logam, kimia dan agro,” kata I Gusti Putu Suryawirawan melalui siaran pers, Ahad (28/5).

Putu menuturkan, terdapat dua subsektor dari ILMATE yang memberikan kontribusi cukup besar bag PDB nasional. Industri tersebut, yakni barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 10,71 persen, serta industri alat angkutan 10,47 persen. Sedangkan, kontribusi industri logam dasar di kisaran 3,96 persen, serta industri mesin dan perlengkapan 1 ,78 persen.

Kemenperin untuk sekarang akan mencoba fokus dalam mendongkrak kinerja industri logam dasar berbasis mineral, yang meliputi besi baja, aluminium, tembaga dan nikel. Apalagi logam dasar sebagai bahan baku pokok produksi di sektor industri lainnya serta menunjang pembangunan infrastruktur yang sedang gencar dijalankan pemerintah. Peluangnya masih sangat besar, terutama adanya pelarangan ekspor minerba melalui Undang-Undang dan kebutuhan baja yang tinggi di dalam berbagai proyek.

Dengan mendorong hilirisasi keempat logam mineral tersebut, diharap akan timbul efek berganda bagi perekonomian Indonesia melalui investasi dan peningkatan nilai tambah.

Untuk menumbuhkan investasi industri smelter, kami telah menyusun rekomendasi kebijakan insentif, seperti kemudahan memperoleh fasilitas tax holiday dan tax allowance,” kata dia.

Selain sektor ini, Kemenperin juga fokus melakukan pengembangan industri elektronika dan telematika pada penumbuhan industri komponen, telepon selular, serta perangkat lunak dan konten multimedia. “Strategi yang dilaksanakan, antara lain menerapkan aturan standar negara indonesia (SNI), tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), dan kontrol terhadap international mobile equipment identity (IMEI).

Dalam pengembangan industri permesinan dan alat mesin pertanian, Kemenperin fokus pada industri pembangkit energi, industri alat berat, industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri, serta industri alat kesehatan. Industri alsintan dan alat kesehatan, diusulkan mendapatkan pembiayaan ekspor melalui program penugasan khusus ekspor sebesar Rp 150 miliar untuk tahun 2017.

Selanjutnya, pengembangan industri kendaraan bermotor dengan fokus pada komponen otomotif, penggerak mula (engine) BBM, gas dan listrik, perangkat transmisi (power train), serta alat berat. Pada industri kedirgantaraan meliputi pengembangan pesawat terbang propeler, komponen pesawat, dan perawatan pesawat. Industri perkapalan, yakni kapal laut, komponen kapal (mekanikal dan elektronik), serta perawatan kapal. Sedangkan untuk industri kereta api, kereta diesel dan listrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement