REPUBLIKA.CO.ID, Keriput pada kulit, serta tubuh yang sudah semakin menua tidak menghambat Keni (57 tahun) untuk tetap semangat mencari nafkah. Di usianya yang saat ini telah menginjak setengah abad lebih, Keni masih tetap semangat untuk bekerja, dengan berjualan aneka makanan serta membuka warung sembako.
Pada tahun 2014, Keni mendapat pembiayaan dari Amartha sebesar 1 juta rupiah. Uang tersebut lantas ia gunakan untuk menambah modal warung miliknya. Dengan pembiayaan tersebut pula, Keni lantas mulai melebarkan sayapnya dengan menambah variasi produk yang dijual, seperti lontong, nasi uduk yang dulu belum ia jual.
Ternyata, suntikan dana tersebut sangat bermanfaat untuk usaha Keni kala itu. Saat dagangannya belum bervariasi, ia hanya mampu mendapatkan penghasilan 100 ribu rupiah hingga 150 ribu rupiah setiap harinya. Kini, dalam satu hari, ia mampu meraup omzet Rp 350 ribu hingga Rp 450 ribu rupiah. Ini berarti, dalam satu bulan tak kurang dari Rp 10 juta rupiah dapat ia kantongi.
Pembiayaan lanjutan yang ia dapatkan yaitu sebesar Rp 2,5 juta dan empat juta rupiah, terus ia manfaatkan untuk mengembangkan usaha warung miliknya. Produknya kini semakin banyak dan lengkap. Selain itu, aneka makanan yang ia jual juga bertambah jumlahnya, yang dulunya hanya lontong dan nasi uduk, kini aneka gorengan dan gado-gado menjadi menu baru yang selalu laris manis diserbu pelanggan.
Buah Kerja Keras Keni yang berstatus sebagai janda sejak satu tahun yang lalu terus memupuk semangat dalam bekerja dan beraktivitas. Kesedihan yang ia rasakan, cepat-cepat ia tanggalkan, karena Keni sadar dia adalah orang tua tunggal untuk anak-anaknya. Terutama untuk anak bungsunya yang kini masih duduk di kelas sebelas Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Setelah di tinggal bapak, saya tidak mau lama-lama sedih. Anak masih ada yang saya biayai. Saya tetap semangat kerja untuk anak,” ujar Keni dengan penuh semangat.
Ibu Keni dan warung miliknya
Setiap hari Keni bekerja dengan penuh semangat. Buktinya, sejak pagi-pagi buta ia telah bangun dan memasak makanan yang akan ia jual pada pagi harinya. Keni memang selalu bangun pukul 02.00 WIB dini hari, kemudian ia memasak nasi uduk, lontong dan aneka gorengan.
Selepas subuh, Keni mulai berkeliling untuk berjualan makanan tersebut di desa tempat tinggalnya. Sekitar pukul 08.00 WIB biasanya dagangan Keni sudah ludes terjual, lalu ia pulang ke rumah. Setelah itu, ia membuka warung miliknya sambil menggoreng berbagai gorengan dan menyiapkan bahan-bahan untuk gado-gado. Tidak berhenti di situ, sore hari hingga malam Keni tetap berjualan aneka makanan seperti lontong sayur, gorengan, mie instan dan kopi di warung miliknya.
Saat ini dari hasil usaha berjualan aneka makanan dan juga warung miliknya, ia telah mampu mengalokasikannya untuk tabungan hari tua. Tidah hanya itu, kegigihan dan keuletan telah membawa Keni dan keluarga menjadi lebih mapan dalam segi ekonomi. Tak heran, saat ini ia telah berhasil membangun "istana" impiannya. Walau tidak megah dan mewah, namun sangat hangat untuk ditempati bersama keluarga tercinta.
“Saya percaya aja, Tuhan pasti bantu hambanya yang terus kerja keras dengan ikhlas. Alhamdulillah saya dikasih jalan, saya ketemu sama Amartha yang akhirnya bisa kasih modal. Saya sangat bersyukur,“ kata Keni yang percaya bahwa dengan bekerja keras serta ikhlas, masa tuanya akan terasa lebih nyaman dan sejahtera.
(Baca juga: Gabung Fintech, Sani Kembangkan Usaha Rias Pengantin)
Merajut Asa Bersama
Amartha telah menemani Keni sejak tiga tahun yang lalu, dan berbagai manfaat telah Keni rasakan semenjak dirinya bergabung bersama Amartha. Keni berharap dapat terus bersama Amartha agar dapat memberikan suntikan dana untuk memajukan usahanya.
“Ya saya maunya sama Amartha terus, lancar biar usaha saya semakin maju lagi,” ujar Keni menceritakan harapannya.
Bergabung bersama Amartha sama dengan memajukan ekonomi rumah tangga pedesaan. Wujudkan cita-cita dan harapan indah lebih dari 38 ribu pelaku usaha mikro di Indonesia, dan ciptakan inklusi ekonomi dengan merata di seluruh penjuru Tanah Air.