Senin 22 May 2017 06:18 WIB

Perbaikan Rating tak Cukup untuk Tarik Investasi Sektor Riil

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia diminta untuk tetap fokus melakukan perbaikan demi menggaet lebih banyak investasi di dalam negeri. Peneliti dari The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengingatkan pemerintah untuk tidak terlalu percaya diri atas perbaikan rating surat utang yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat internasional, Standard and Poor's (S&P) pekan ini. 

Menurutnya, meski investasi portfolio terutama pembelian saham diprediksi akan melonjak lantaran rating yang membaik, namun investasi di sektor riil masih terganggun oleh iklim politik Indonesia yang terbilang belum stabil. Bhima menyebutkan bahwa selain melihat rating surat utang, investor juga akan melihat daya saing Indonesia yang turun dari peringkat 39 ke 41. 

"Selain itu isu politik domestik juga jadi pertimbangan. Banyak investor jangka panjang yang masih menahan investasi. Wait and see mereka," ujar Bhima, Ahad (21/5).

Teranyar, lanjutnya, pabrikan elektronik dan teknologi informasi dunia yakni Hewlett Packard urung membangun pabriknya di Indonesia dan memilih beralih ke negara tetangga, Vietnam. "Artinya, pemerintah jangan over PD (percaya diri) dengan rating S&P," katanya. 

Meski begitu, Bhima memproyeksikan bahwa dampak dari perbaikan rating surat utang terhadap investasi terutama portfolio seperti pembelian saham dan surat utang diprediksi akan tumbuh cukup tinggi. Ini, lanjutnya, dibuktikan dari IHSG yang mencatatkan rekor di 5.791 pada sesi penutupan Jumat (19/5) lalu. 

Sementara itu, rupiah yang sempat melemah kembali berbalik arah menjadi Rp 13.325 per dolar AS. Menurutnya, sentimen positif ini akan terus berlangsung pada semester II 2017 mendatang. Meskipun masih ada tantangan eksternal yang cukup besar seperti kenaikan Fed rate dan gejolak politik di AS.

"Secara spesifik aliran dana asing masuk ke surat utang terus meningkat hingga Rp 76,8 triliun (year to date)," katanya. 

Senada dengan Bhima, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyebutkan bahwa perbaikan S&P masih harus dibarengi dengan upaya pemerintah menjaga stabilitas politik di Indonesia. Ia menyebutkan, pelaku usaha merasakan betul bagaimana calon investor dari luar negeri masih menunggu suasana yang lebih dingin pasca-pilkada DKI Jakarta yang cukup menyedot energi pemerintah sepanjang tahun ini. 

Meski begitu, ia tetap menyambut baik perbaikan rating surat utang oleh S&P yang diyakini bisa lebih mendorong investor menanamkan modalnya di Indonesia. "Ini sinyal positif yang kami tunggu. Investor yang kemarin masih wait and see, dengan ini bisa lebih yakin. Namun tetap, pemerintah punya PR untuk stabilkan suasana politik," jelas Hariyadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement