Kamis 20 Apr 2017 16:03 WIB

Astra International Cetak Laba Bersih Rp 5 Triliun

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nidia Zuraya
Astra International
Foto: ANTARA
Astra International

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Astra International Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 5 triliun pada kuartal pertama 2017. Pangsa pasar mobil dan motor meningkat, pemulihan harga batu bara yang signifikan menguntungkan volume penjualan alat berat dan pertambangan, dan peningkatan kinerja agribisnis seiring meningkatkan harga dan produksi CPO jadi penyebabnya.

''Sebagian besar bisnis Grup Astra memiliki kinerja yang baik pada kuartal pertama tahun 2017,'' kata Presiden Direktur PT Astra International Prijono Sugiharto, usai Rapat Umum Pemeganga Saham Tahunan (RUPST), di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (20/4).

Ke depan, lanjut Prijono, Grup Astra berharap mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan, didukung oleh harga komoditas yang lebih tinggi. Walaupun bisnis otomotif diperkirakan menghadapi persaingan harga yang lebih kompetitif.

Ia menjelaskan, kinerja keuangan konsolidasian periode yang berakhir 31 Maret. Pendapatan bersih Astra International pada 2017 mencapai Rp 48,78 triliun, sedangkan pada 2016 Rp 41,887 triliun atau meningkat 16 persen.

''Laba bersih Rp 5,087 triliun pada kuartal pertama 2017. Sementara pada kuartal yang sama tahun lalu Rp 3,11 triliun atau meningkat 63 persen,'' jelas dia. 

Selain itu, laba bersih per saham Rp 126 pada 2017, dimana 2016 Rp 77 atau meningkat 63 persen. Ekuitas yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk pada 31 Maret 2017 sebesar Rp 116 miliar atau meningkat 4 persen dibandingkan 2016 sebesar Rp 111,95 miliar.

Pada kuartal pertama tahun 2017, segmen otomotif Grup Astra mencapai pangsa pasar yang kuat untuk mobil dan motor. Penjualan mobil secara nasional mengalami peningkatan, sementara penjualan motor secara nasional menurun.

Prijono mengungkapkan, kinerja segmen jasa keuangan mengalami peningkatan ditandai dengan perolehan profit dari Bank Pertama. Kenaikan juga terjadi pada harga komoditas dari divisi alat berat dan agribisnis karena perbaikan kinerja.

Di sisi lain, pendapatan konsolidasian grup meningkat 16 persen menjadi Rp 48,8 triliun, seiring dengan kontribusi pendapatan dari sebagian besar segmen bisnisnya. 

Oleh karenanya, laba bersih konsolidasian grup meningkat 63 persen menjadi Rp 5,1 triliun, seiring dengan peningkatan kinerja dari hampir seluruh segmen bisnis, kecuali teknologi informasi serta infrastruktur dan logistik.

Prijono menambahkan, nilai kas bersih, di luar grup jasa keuangan, mencapai Rp 131 miliar. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2016 sebesar Rp 2,2 triliun, terutama disebabkan oleh investasi jalan tol dan pembangkit listrik yang dilakukan pada kuartal pertama 2017. 

''Anak perusahaan grup segmen jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 46 triliun, dibandingkan dengan Rp 47 triliun pada akhir 2016,'' kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement