Selasa 04 Apr 2017 08:08 WIB

Cerita Menteri Perdagangan tentang Mafia Daging dan Gula

Rep: Frederikus Bata/ Red: Budi Raharjo
Gula impor
Foto: Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menceritakan dinamika pasar penjualan bahan pokok yang ditengarai ada permainan mafia. Sampai saat ini, ia masih heran pada 2014 lalu harga daging mencapai Rp 80 ribu per kilogram.

Enggar menerangkan, saat itu dunia daging dikuasai oleh dua perusahaan. "Yang satu sudah pernah dihukum, satunya lagi kena OTT (operasi tangkap tangan)," katanya dalam sebuah acara khusus untuk pejabat Kementerian Perdagangan tentang bahaya korupsi di Kantornya, Jakarta, Senin (3/4).

Atas ulah perusahaan tersebut, impor daging dari India membengkak. Pasar pun, lanjut Enggar, mengalami kejenuhan  karena dibanjiri daging hasil selundupan.

"Jadi begitu yang bersangkutan sudah masuk, maka meningkatlah penjualan. Apakah persoalan ini selesai? Bisa jadi ada yang kedua, ketiga, dan keempat, tugas kami mengawasinya," kata pejabat negara kelahiran Cirebon tersebut.

Pemerintah, kata dia, sudah menjalin komunikasi dengan semua stakeholder terkait guna menurukan impor daging beku. Pihaknya tidak menetapkan batasan kuota demi menghindari transaksi ilegal. "Maka harga turun. Apalagi dengan masuk daging dari india. Sudah mulai terjadi ekulibrium baru atas harga ini," ujarnya.

Ia melihat internal Kemendag mendukung langkah tersebut. Sebab jika ada yang kebakaran jenggot, menurut dia, patut dicurigai oknum tersebut. Enggar turut mengawasi pekerjaan jajarannya apakah ada upaya menghambat kebijakan itu.

"Jangan pernah main-main, karena kalau main-main izinkan saya mengantarkan sendiri ke penjara. Saya senang semangat sudah mulai sembuh dan ada keberanian untuk menolak," ujarnya.

Dia melanjutkan, selain daging, gula pun tak luput dari mafia yang suka memainkan harga pasar. Pemerintah, kata dia, lantas mewajibkan semua distributor melakukan pendafftaran resmi online secara gratis. "Begitu tidak memenuhi, kita coret, dan distributor tidak bisa dagang lagi," katanya.

Dalam setahun, kata dia, perputaran margin dari distributor gula sekitar Rp 6 triliun. Jika berkurang sekitar Rp 1 triliun saja, para distributor tersebut mengaku mengalami kerugian. "Saya bilang sudah cukup. Jadi rugi itu bukan rugi riil secara fisik. Jadi mending anda rugi berkurang keuntungan signifikan daripada nggak bisa dagang. Karena semula dia pikir menteri satu ini bisa diajak main," ujarnya.

Dia menegaskan, perusahaan dan distributor hendaknya tidak bermain-main dengan harga lagi. Harga di pasaran harus sesuai kesepakatan seperti gula Rp 12.500 per kg dan daging Rp 80 ribu per kg.

"Kalau lebih dari itu patut diduga terjadi kartel harga dan kena denda maksimal. Sekali lagi ada yang bermain, kita coret juga izin distributor. Jadi pengusaha bisa takut kalau nggak bisa dagang lagi. Jangan dipikir saya main-main dan gertak sambal," kata kader partai Nasional Demokrat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement