REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, I Juda Agung menegaskan, stabilitas perekonomian di Jawa Barat masih terjaga. Tidak ada goncangan atau hambatan yang mempengaruhi perekonomian Jawa Barat hingga Maret ini.
Juda menyatakan hal itu menyusul digelarnnya pertemuan antara Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jawa Barat dengan perwakilan perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam pertemuan ini dibahas permasalahan ekonomi yang tengah terjadi di Jawa Barat.
Juda menjelaskan, kondisi tersebut dilihat dari kondisi makroekonomi Jawa Barat yang cukup solid disertai dengan stabilitas keuangan yang terjaga. Hal ini tercermin dari kinerja ekonomi kawasan Jawa pada tahun 2016 yang membaik, di mana pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat cukup signifikan pada tahun 2016 tumbuh 5,67 persen dibandingkan tahun 2015 5,04 persen.
Sementara itu, ujar Juda, inflasi pada Februari 2017 tercatat sebesar 0,23 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,97 persen yang menunjukkan perekonomian membaik. "Selain itu, dari sisi stabilitas keuangan Jawa Barat, perkembangan intermediasi perbankan mulai mengalami peningkatan setelah pertumbuhan kredit mencapai titik terendahnya di tahun 2016. Pada Februari 2017, kredit tumbuh 8,09 persen, meningkat dibanding akhir tahun 2016 sebesar 7,09 persen. Pertumbuhan DPK juga meningkat dari 8,07 persen menjadi 8,92 persen didorong oleh peningkatan deposito khususnya kepemilikan korporasi," tutur Juda.
Ia juga menyebutkan perekonomian dari sisi rumah tangga juga menunjukkan tren positif. Tingkat konsumsi dan kreditnya memperlihatkan kenaikan positid dengan NPL (non performing loan) atau kredit bermasalah yang rendah. "Ini (rumah tangga) juga menjadi pendukung pertumbuhan perekonomain Jawa Barat," ucapnya.
Juda memperkirakan ke depannya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat juga akan tetap menunjukkan peningkatan. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada 2017 ini bahkan bisa mencapai 5,9 persen. "Ke depan kami perkirakan kalau BI memperkirakan dengan ekonomi yang lebih baik berkisar 5 sampai 5,9 persen untuk Jawa Barat," ujarnya.
Meski demikian, Juda menuturkan stabilitas perekonomian tetap harus diawasi. Menurutnya masih ada potensi-potensi kerawanan yang dapat mengancam positifnya perekonomian Jawa Barat.
Rekomendasi dari BI, kata dia, yang dapat diterapkan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dari sisi mikroekonomi antara lain penyaluran kredit yang lebih diarahkan pada sektor yang potensial dengan risiko kredit rendah serta ke wilayah-wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tingkat penyaluran kredit yang masih rendah.
Bank Indonesia juga senantiasa mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dari sisi rekomendasi secara mikro peran pengenalan perbankan perlu ditingkatkan dalam upaya meningkatkan akses perbankan kepada UMKM yang belum bankable.