Kamis 30 Mar 2017 11:52 WIB

Rembuk Republik Diskusikan Kesiapan Indonesia Hadapi Era Digital

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nur Aini
Republika mengadakan diskusi Rembuk Republik 'Siapkah Indonesia Menghadapi Era Digital?' di Auditorium Green Office Park 9, The Breeze Sinar Mas Land, Serpong, Kamis (30/3).
Foto: Republika/Aji Sambogo
Republika mengadakan diskusi Rembuk Republik 'Siapkah Indonesia Menghadapi Era Digital?' di Auditorium Green Office Park 9, The Breeze Sinar Mas Land, Serpong, Kamis (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Kesiapan Indonesia memasuki era digital menjadi sebuah keniscayaan. Permasalahan digitalisasi menimbulkan pertanyaan apakah benar Indonesia siap menghadapi era digital saat ini. Untuk menjawab persoalan tersebut, Republika mengadakan diskusi Rembuk Republik 'Siapkah Indonesia Menghadapi Era Digital?' di Auditorium Green Office Park 9, The Breeze Sinar Mas Land, Serpong, Kamis (30/3).

Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji dalam sambutannya mengatakan, persoalan apakah Indonesia siap menghadapi era digital, sering kali menjadi tema retoris yang menggelitik untuk dijawab. Karena era digital merupakan tantangan masa kini yang harus dihadapi Indonesia.

"Bagi kami sebagai pebisnis media menjadi pihak yang ikut terimbas dari perkembangan era digital ini. Karena itu kami harus ikut terlibat dalam kontribusi perkembangan era digital," katanya saat membuka Rembuk Republik.

Hasan mengungkapkan, Republika pun ikut membantu masyarakat untuk siap dalam menghadapi era digital, seperti pelatihan sistem keuangan masjid bagi para takmir dan marbot dan beberapa pelatihan digital lain kepada masyarakat. Dalam acara diskusi Rembuk Republik 'Siapkah Indonesia Menghadapi Era Digital' kali ini hadir pula Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo Samuel Abrijani Pangarepan dan pemimpin perusahaan dan  aplikasi digital di antaranya, CEO Amartha Finannce Andi Taufan Garuda Putra, CEO Rumah Zakat Nur Efendi, Virtual Store GM Alfamart Viendra Primadia, Project Leader Digital Hub BSD City Irawan Harahap, dan pakar marketing Kafi Kurnia.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo Samuel Abrijani Pangarepan sebagai keynote speech mengungkapkan program pemerintah untukk di bidang digital bangsa Indonesia jadi pemain utama di regional ASEAN. Ditargetkan pada 2020 Indonesia mempunyai proyeksi transaksi Rp 1.700 triliun di bidang digital.

"Sekarang berawal dari ide dan diberi sentuhan ekonomi digital menjadi hal yang luar biasa. Ekonomi digital dan ekonomi kreatif akhirnya bisa membawa nilai yang luar biasa," kata Samuel.

Contoh yang paling nyata, kata dia, Gojek saat ini bernilai Rp 17 triliun. Selain itu, banyak lagi yang telah muncul, seperti Bukalapak dan Tokopedia. Ini dinilainya potensi yang dimiliki indonesia. Saat ini pengguna internet sudah 82 juta orang, ditambah generasi muda yang besar. Ini semua membuat potensi pasar internet di Indonesia sangat besar.

Meski demikian, dia menilai untuk mewujudkan semua potensi itu dibutuhkan ide yang beragam. Ia mengungkapkan, perjalanan kesuksesan Silicon Valley yang memiliki pekerja dan program yang beragam dari seluruh dunia. Sedangkan Indonesia memiliki beragam karakter suku yang bisa membentuk banyak ide beragam.

"Kita berniat menciptakan 1.000 teknopreneur baru, yang nilai valuenya Rp 130 triliun. Dan program 1 juta domain untuk UMKM dan pengusaha kecil, termasuk program desa broadband," katanya.

Pada tahun ini, ia mengungkapkan pemerintah akan membuat jaringan seribu ahli proteksi siber untuk Indonesia. Kemudian pemerintah juga akan mewujudkan semua wilayah Indonesia berakses 4G dengan kemampuan internet yang bagus. Ini semua adalah keinginan pemerintah untuk mewujudkan internet yang harus punya empat hal yakni secure, safe, trusted, dan integrity.

"Ini empat hal yang prinsip dan harus dimiliki internet di Indonesia, sehingga bangsa ini siap memasuki era digital dan menjadi pemain di era digital dunia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement