REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (27/3) pagi, bergerak menguat. Rupiah menguat 33 poin menjadi Rp 13.294, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.327 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa optimisme pasar dan pemerintah terhadap kenaikan peringkat Indonesia ke layak investasi oleh Standard & Poor's (S&P) yang sampai saat ini masih melakukan penilaian terhadap perekonomian Indonesia menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang domestik.
"Pasar keuangan domestik masih merespon positif sentimen itu walaupun sudah mulai cenderung jenuh," katanya di Jakarta, Senin (27/3).
Di sisi lain, lanjut dia, ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS juga masih tersedia, apalagi Bank Indonesia juga menyatakan cukup nyaman dengan level rupiah saat ini.
Dari eksternal, lanjut dia, potensi harga minyak mentah yang menguat menyusul kesepakatan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dan beberapa non-OPEC untuk memperpanjang pembatasan produksi minyak mentah selama 6 bulan ke depan juga turut mempengaruhi mata uang komoditas.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa proposal jaminan kesehatan terbaru yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump yang ditolak oleh kongres juga semakin menekan dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa sentimen dari Bank Dunia berkenaan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 sebesar 5,2 persen dan peluang kenaikan peringkat Indonesia oleh S&P akan menjaga fluktuasi rupiah bergerak stabil.
"Sentimen domestik cukup mampu menjaga rupiah kembali terapresiasi terhadap dolar AS<" katanya.