Kamis 23 Mar 2017 19:09 WIB

PTPP Catat Nilai Kontrak Baru Rp 6,6 Triliun

Rep: Novita Intan/ Red: Winda Destiana Putri
Proyek infrastruktur sebagai agunan sukuk negara, ilustrasi
Foto: Tahta/Republika
Proyek infrastruktur sebagai agunan sukuk negara, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PP (Persero) Tbk mencatatkan sampai dengan pertengahan Maret 2017 telah selesaikan 12 proyek (di luar proyek dari entitas-entitas anak) dengan total nilai kontrak baru sebesar Rp 6,6 Triliun atau 16 persen dari target kontrak baru di tahun 2017. Pencapaian ini 37 persen lebih tinggi dibandingkan nilai kontrak baru Perseroan di Kuartal I 2016 sebesar Rp 4,8 Triliun.

Perseroan menargetkan total kontrak baru sebesar Rp 40,6 Triliun di tahun 2017 atau 25 persen lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian sebesar Rp 32,6 Triliun di tahun 2016. Kontribusi untuk proyek baru ditargetkan dari BUMN sebesar 49 persen disusul oleh Pemerintah sebesar 30 persen dan Swasta sebesar 21 persen.

Kontrak baru di segmen EPC terdiri dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yaitu Bangkanai Tahap 2 sebesar 140 MW dan proyek Pembangkit Tenaga Bayu/Angin (Wind Farm) sebesar 72 MW. Tumiyana, Direktur Utama PTPP mengatakan dengan adanya dua kontrak EPC ini, total kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik yang sedang dan telah dibangun oleh Perseroan mencapai 2.100 MW, termasuk yang sudah on grid sebesar 1.350MW sampai dengan pertengahan Maret 2017.

"Perseroan berkomitmen untuk turut dalam pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik yang berbasis energi terbaharukan (renewable energy) di Indonesia," ujarnya di Jakarta kemarin.

Dalam proyek Wind Farm Tolo I 72 MW di Jeneponto, Sulawesi Selatan, Perseroan bekerjasama dengan Siemens dan Equis Group, pengembang independen dan investor energi terbaharukan yang terbesar di Asia dengan portofolio renewable energy sebesar 5.757 MW yang tersebar di kawasan Asia.

Di segmen Konstruksi, Perseroan telah memenangkan kontrak untuk konstruksi jalan tol Cimedang-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Tangerang-Merak (Ruas Tangerang Barat-Cikupa Paket 1).

"Di samping itu, Perseroan terlibat dalam pembangunan beberapa proyek jalan tol seperti Medan-Kuala Namu-Tebing Tinggi, Depok-Antasari, Pandaan-Malang, Balikpapan-Samarinda, dan Manado-Bitung, yang pendanaannya sebagian diperoleh dari hasil penerbitan saham baru (right issue) di bulan Desember 2016 lalu," lanjut Tumiyana.

Perseroan juga telah memenangkan beberapa kontrak konstruksi bangunan di antaranya Masjid Agung Medan, Rusunawa DKI - Rusun Nagrag Tower 11-14, Conventional Hall PT Bukit Asam, Universitas Syiah Kuala Aceh dan Perumnas Tahap II Medan.

Proyek-proyek Baru di Entitas Anak 

Entitas anak yang bergerak di sektor Properti dan Realti, PT PP Properti Tbk (“PPRO”) menargetkan pemasaran tumbuh sebesar 20 perse  menjadi Rp. 2,99 Triliun di 2017. Sebagai catatan, PPRO berhasil mencapai pemasaran sebesar Rp. 2,49 Triliun di tahun 2016. "Produk-produk baru yang diandalkan oleh PPRO di tahun 2017 berasal dari beberapa lahan baru di Malang, Bandung, Cikarang dan Surabaya," ujar Tumiyana.

PPRO saat ini sedang menggarap 3 (tiga) proyek Super Blok, yaitu: Grand Kamala Lagoon di Bekasi, Grand Sungkono Lagoon dan Grand Dharmahusada Lagoon di Surabaya, selain proyek-proyek Apartemen lainnya di Semarang, Depok, Bogor dan Pekan Baru.

Berdasarkan estimasi nilai dari 42 lokasi lahan yang dimiliki dan dikuasai oleh PPRO di 18 (delapan belas) kota, nilai Gross Development Value (GDV) PPRO saat ini mencapai Rp. 35,09 Triliun. "Akuisisi lahan baru yang nantinya sebagian didanai oleh hasil Right Issue serta pengembangan berbagai proyek residensial dan commercial diharapkan dapat meningkatkan prospek PPRO ke depannya. Untuk mendukung terwujudnya hal tersebut, maka Perseroan mendukung pendanaan bagi terciptanya pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkualitas di PPRO," ujar Tumiyana.

PPRO saat ini sedang menggelar aksi korporasi penjualan saham baru (Right Issue) dengan target penerimaan hingga Rp. 1,6 Triliun. Sementara itu, PT PP Urban (PP Urban), entitas anak yang bergerak di sektor low cost residential dan komponen pracetak menargetkan pembangunan untuk proyek residensial Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dapat dimulai di bulan April.

"Proyek Serpong Urban Town ditargetkan mencapai 7.000 unit dengan pembangunan tower sebanyak 12 Tower. Penjualan dari proyek ini diproyeksikan dapat mencapai sampai dengan Rp. 2,17 Triliun," ujar Tumiyana.

Dikenal dahulunya sebagai PT PP Pracetak, PP Urban saat ini sedang bertransformasi untuk bergerak dalam penyedia low cost residential yang handal, dengan mitra strategis salah satunya adalah Hanwha dari Korea Selatan. PP Urban diharapkan dapat menjadi pemain MBR terdepan di Indonesia untuk mendukung terealisasinya program Satu Juta Rumah dari Pemerintah Indonesia.

Perkembangan Terkini dari Beberapa Proyek Infrastruktur Perseroan

Perseroan saat ini terus berupaya untuk mempercepat penyelesaian beberapa proyek infrastruktur strategis nasional. "Untuk proyek Pelabuhan Multi Purpose Terminal Kuala Tanjung, Sumatera Utara, misalnya per akhir Februari 2017 realisasi konstruksinya telah mencapai sekitar 68,4 persen. Diharapkan proyek ini dapat diselesaikan pada Kuartal III 2017," ujar Tumiyana.

Perseroan memiliki 25 persen saham PT Prima Multi Terminal yang melaksanakan pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan Kuala Tanjung. Perseroan memiliki kepemilikan saham minoritas antara 12,5 persen - 35 persen di beberapa ruas jalan tol tersebut.

"Untuk pembangunan beberapa ruas jalan tol sampai dengan akhir Februari 2017 realisasi proyek Medan-Kuala Namu-Tebing Tinggi (MKTT) telah mencapai 77,9 persen realisasi proyek Depok-Antasari sebesar 47,2 persen, sedangkan realisasi proyek Pandaan-Malang dan Balikpapan-Samarinda masing-masing baru mencapai 4,6 persen dan 2,8 persen," tutup Tumiyana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement