Jumat 17 Mar 2017 12:32 WIB

Profesi Ini Masih Sulit Dapatkan Akses Modal dari Perbankan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Nidia Zuraya
Nasabah mendapatkan pelayanan dari petugas di Kantor Cabang PT Bank Rakyat Indonesia.
Foto: ANTARA/Teresa May
Nasabah mendapatkan pelayanan dari petugas di Kantor Cabang PT Bank Rakyat Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Di tengah perkembangan dunia keuangan, rupanya masih ada kelompok yang sulit menjangkau akses permodalan dari perbankan. Kepala Kantor OJK Regional III Jawa Tengah dan DIY, Muhammad Ishanuddin mengatakan, kelompok masyarakat tersebut adalah para seniman.

Menurutnya hal tersebut terjadi lantaran para seniman tidak mampu membuat manajemen keuangan yang baik. Sehingga perbankan sulit melakukan analisis kredit terhadap kinerja keuangan yang mereka miliki. Padahal mereka memiliki produk seni dengan daya jual tinggi dan berpotensi dikembangkan untuk menjadi bisnis yang besar.

“Seniman itu kan memang susah diatur. Mereka punya cara sendiri mengurus bisnisnya. Biasanya tanpa pembukuan. Ini yang menyulitkan perbankan untuk memberikan modal,” kata pria yang akrab disapa Ishan itu saat ditemui pada acara Bekraf Financial Club di Westlake Yogyakarta, Jumat (17/3).

Adapun perbankan, katanya, membutuhkan laporan keuangan yang terukur. Terutama melalui pembukuan keuangan dari usaha yang dijalankan. Maka itu, Ishan menyampaikan, setidaknya ada dua skema permodalan yang cocok diterapkan pada para seniman.

Dua skema permodalan tersebut, jelas Ishan, adalah modal ventura dan financial technology (Fintech). Memang ia mengakui, saat ini fintech belum begitu dikenal oleh masyarakat. 

Namun jika disosialisasikan dan dikembangkan dengan baik, skeman keuangan ini dapat berkembang dengan pesat. Apabila para seniman berkeinginan untuk meminjam modal dari perbankan, pembuatan paguyuban berbadan hukum atau koperasi dapat mempermudah mereka. 

“Kalau para seniman membuat PT atau CV itu akan memudahkan mereka dalam mengakses modal dari lembaga keuangan,” kata Ishan.

Seniman asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto pun menyampaikan hal serupa dengan Ishan. Ia membenarkan bahwa para seniman sangat sulit diatur dan memiliki cara yang antimaenstream dalam mengurus diri dan usahanya.

Menurutnya, seniman juga kesulitan saat akan membangun paguyuban berbadan hukum seperti koperasi. Hal ini bahkan terbukti beberapa tahun lalu di Yogyakarta. “Dulu para seniman Yogyakarta pernah mau membuat koperasi. Tapi tidak jadi,” katanya.

Bahkan sampai saat ini rencana membuat koperasi sama sekali belum terealisasi. Di sisi lain Djaduk mengatakan, seniman memang tidak pernah bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka kehendaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement