Kamis 28 Mar 2019 18:13 WIB

77 Persen Orang Indonesia Lebih Senang Transaksi Nontunai

79 persen orang Indonesia lebih suka menggunakan aplikasi mobile

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Alat Gesek Nontunai
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Ilustrasi Alat Gesek Nontunai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Visa Worldwide Indonesia akan segera meluncurkan teknologi pembayaran terbaru yakni Visa Contactless dan Visa Token Service. Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman mengatakan layanan tersebut seiring dengan perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi.

VISA melakukan studi untuk mempelajari perubahan perilaku masyarakat dalam lima tahun terakhir. Sebanyak 4.000 orang responden dari delapan negara mengikuti survei secara online, 500 orang diantaranya berasal dari Indonesia.

Baca Juga

Studi bertajuk Consumer Payment Attitudes 2018 menemukan 77 persen masyarakat Indonesia cenderung memilih bertransaksi non-tunai daripada tunai. Sebanyak 41 persen menyatakan yakin dapat mewujudkan masyarakat Indonesia tanpa tunai dalam waktu tiga tahun.

"Sekarang orang-orang sudah tidak khawatir jika pergi ketinggalan dompet," kata Riko pada wartawan di Menteng, Jakarta (28/3).

Studi menemukan masyarakat Indonesia lebih memilih transaksi non-tunai karena beberapa hal, termasuk cepat dan nyaman. Sebanyak 71 persen mengatakan tertarik menggunakan kartu contactless, dan 79 persen dengan aplikasi mobile.

Riko mengatakan ini menjadi panduan Visa yang berkomitmen untuk terus meningkatkan penggunaan teknologi digital dalam pembayaran. Kemudahan transaksi merupakan syarat kemajuan ekonomi sebuah negara.

Saat ini VISA telah bekerja sama dengan 15.600 institusi keuangan di seluruh dunia, dan 40 diantaranya di Indonesia. Per Desember 2018, sebanyak 3,3 juta kartu telah diterbitkan di seluruh dunia dengan nilai transaksi 11,4 triliun dolar AS.

"Jaringan VISANET, kini dapat memproses 65 ribu transaksi per detiknya," kata Riko.

Studi menyebutkan bahwa 82 persen dari seluruh responden menyatakan pernah mencoba bepergian tanpa menggunakan uang tunai. Ini artinya, masyarakat digital semakin tumbuh pesat dan akan mengubah cara bertransaksi di masa depan.

Pembayaran tunai memang masih mendominasi, sebanyak 95 persen mengatakan masih bertransaksi dengan uang kartal. Sebanyak 85 persen mengatakan sudah menggunakan kartu, 70 persen menggunakan e-wallet, 34 persen kartu nirkontak, 17 pembayaran melalui QR, dan 11 persen sudah menggunakan P2P Lending.

Meski demikian, 42 persen responden sepakat bahwa jumlah uang dalam dompet mereka menjadi lebih sedikit. Alasannya karena akses terhadap tunai semakin mudah, lebih sering transaksi dengan kartu, dan merasa membawa uang tunai tidak aman.

Responden Indonesia percaya bahwa masyarakat tanpa tunai adalah sebuah keniscayaan. Merujuk pada gaya hidup mereka yang menginginkan transaksi seamless, merasa non-tunai lebih aman, menyukai otomatisasi dan tidak ada proses fisik yang melibatkan kartal.

Sebanyak 92 persen responden menyampaikan mereka sudah sering menggunakan ponsel untuk transaksi. Sebanyak 67 persen menggunakan aplikasi, dan 29 persen menggunakan browser.

Riko mengatakan meski masyarakat Indonesia menyukai transaksi non-tunai, keamanan masih jadi kekhawatiran utama. Sebanyak sembilan dari 10 orang responden khawatir penyalahgunaan informasi pribadi.

Risiko lainnya dari transaksi tunai adalah kehilangan ponsel, pencurian, hingga akun dibajak. Maka, responden percaya penggunaan biometrik yang bersifat personal bisa menjadi salah satu pengaman. Seperti otoritasi transaksi menggunakan sidik jari, retina mata, perekaman wajah, hingga suara.

"Sebanyak 69 persen responden tertarik menggunakan teknologi biometrik ini," kata dia.

Pada akhirnya, Riko mengatakan dunia digital saat ini telah menciptakan metode pembayaran baru. Pada 2021, alat pembayaran diproyeksikan ada 25 miliar perangkat. Mulai dari televisi, lemari es, hingga mobil karena semua alat digital akan terkoneksi dengan internet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement