Jumat 10 Mar 2017 13:59 WIB

BTN dan Penyediaan Kepemilikan Rumah Rakyat

Pengunjung berkonsultasi harga rumah dan properti saat pameran properti PT Bank Tabungan Negara (BTN) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (14/8). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung berkonsultasi harga rumah dan properti saat pameran properti PT Bank Tabungan Negara (BTN) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (14/8). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh ichsan emrald alamsyah/wartawan Republika

Djamiatun (63 tahun) ingat betul ketika harus terpaksa angkat kaki dari Kampung Nelayan, Muara Angke, Jakarta Utara di awal 1980an. Ketika itu Pemerintah meminta masyarakat yang bukan nelayan untuk angkat kaki dari perumahan yang diperuntukkan bagi nelayan.

Padahal di tahun 1977, pensiunan PNS ini membeli rumah dari nelayan yang tak sanggup membayar cicilan.  Ketika itu masyarakat yang menempati harus pindah dengan uang ganti rugi.

Ketakutan tak punya rumah atau tempat bernaung tak layak huni pun sirna karena perempuan berusia 63 tahun ini menjadi nasabah Bank Tabungan Negara (BTN). Ia bersama sang suami memilih rumah di Perumnas Klender, Jakarta Timur.

Sebagai nasabah ia melakukan pembayaran per bulan hanya Rp 11.750 per bulan dengan jangka waktu 15 tahun. Ketika itu, ia merasa belum ada bank yang didorong untuk melakukan pembiayaan ke sektor perumahan.“Jadi sampai saat ini yang saya tahu kalau dengar KPR ya BTN,” tutur dia kepada Republika.

Tak hanya di masa lalu, hingga kini BTN tetap memiliki peran besar dalam penyediaan rumah bagi masyarakat. Seperti Paulus Yoga (34 tahun) seorang karyawan di perusahaan swasta sudah hampir tiga tahun menjadi nasabah BTN. Ia menjadi nasabah BTN untuk program KPR pembelian rumah di Bumi Citra Asri, Bojong Gede, Bogor.  

Ia mengaku awalnya mengetahui pembangunan perumahan bersubsidi Bumi Citra Asri dari seorang kawan. Ia pun kemudian berusaha mencari tahu dan bertanya-tanya kepada sales perumahan tersebut.

Selanjutnya, ketika akan melakukan akad kredit, sales menyarankan menggunakan KPR BTN. Ia mengaku sempat bertanya bank lain yang melakukan penawaran yang sama.

Hanya saja menurut dia yang benar-benar cocok Bank BTN. “lagipula kalau di luar Jakarta bank yang ikut sedikit, yang saya tahu hanya BTN,” ucap dia.

Ia pun memulai akad kredit hanya dalam waktu sebulan di BTN cabang Bogor. “Untuk KPR kita percaya saja. Karena portofolio BTN memang di perumahan,” ucap dia.

Program sejuta rumah

Tak hanya bagi kalangan masyarakat menengah atas, PT Bank Tabungan Negara Tbk (bank BTN) juga memiliki peran besar dalam penyediaan perumahan bagi masyarakat menengah bawah (MBR).

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Soelaeman Soemawinata mengatakan ada 3.000 anggota REI yang sedang aktif membangun. Dari 3.000 pengembang, ada 2.500 perusahaan yang proyeknya sedang berjalan. Hampir 75 persen adalah pengembang perumahan bersubsidi. Dengan kata lain hampir 75 persen pengembang diantaranya pengembang pemula bergantung kepada program BTN.

“Ada hubungan timbal balik yang baik antara pengembang dan BTN dalam membantu pemerintah mewujudkan program sejuta rumah,” ucap dia kepada Republika beberapa waktu lalu.

Terkait program sejuta rumah, REI telah berhasil membangun sekitar 120 ribu rumah subsidi di 2016. Tahun ini, REI menargetkan bisa membangun sebanyak 200 ribu unit rumah bersubsidi.

Ia pun berharap pemerintah terus mendorong proses percepatan kepemilikan rumah terutama bagi MBR. Karena faktanya pertumbuhan di Indonesia hampir 1,2 persen dari hampir 249,9 juta orang di Indonesia dan akan memenuhi setiap ruang di tanah air.

“Sementara backlog perumahan mencapai 11,4 juta, sehingga butuh program khusus untuk mempercepat terutama bagi MBR,” ucap dia.

Untuk mendorong hal tersebut BTN pun meluncurkan program KPR BTN Mikro. Produk anyar ini diharapkan bisa menjawab kebutuhan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)  terutama  pekerja di sektor informal yang jumlahnya diprediksi mencapai 6,5 juta orang.

Direktur Utama Bank BTN Maryono dalam rilisnya mengatakan dengan KPR Mikro, Bank BTN membuka ruang bagi masyarakat yang lebih luas dalam memperoleh akses pembiayaan perumahan. Perseroan pun membidik keluarga atau individu yang memilki penghasilan rata-rata Rp 1,8 juta hingga  Rp 2,8 Juta per bulan.

Segmen masyarakat ini merupakan segmen yang paling membutuhkan akses pembiayaan rumah, karena mereka tidak masuk dalam kategori penerima KPR Subsidi baik dalam skema  Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) maupun Subsidi Selisih Bunga (SSB), dan juga Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) yang dikucurkan Pemerintah.

Meski menyasar segmen MBR, KPR BTN Mikro bukan bagian dari program bantuan pendanaan program sejuta rumah yang dicanangkan Pemerintah. “Pendanaan KPR Mikro ini murni inisiatif Bank BTN,” ujar Maryono.

Masyarakat pun tetap bisa menikmati bunga kredit murah. Dalam peluncuran produk KPR BTN Mikro, Bank BTN menawarkan promo bunga KPR BTN Mikro sebesar 7,99 persen per tahun (fixed). Selain bunga kredit yang rendah, angsuran pun dibuat dengan skema yang ringan, misalnya dibayar per pekan atau harian.

Selain angsuran, KPR BTN Mikro juga memberikan besaran uang muka yang ringan, tergantung pada kegunaan. KPR BTN  Mikro pun dapat dipergunakan untuk pembelian rumah baru atau second, pembelian kavling, pembangunan rumah di atas lahan yang sudah dimiliki, serta perbaikan atau renovasi rumah.

Maryono melanjutkan, untuk pembelian rumah pertama, Bank BTN menerapkan uang muka hanya sebesar satu persen. Sementara untuk renovasi rumah atau pembangunan rumah, uang muka diwajibkan minimal 10 persen.

Selama 40 tahun, Bank BTN telah menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk lebih dari 3,77 juta unit rumah dengan nilai kredit sebesar Rp 178 triliun di seluruh Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement