REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu (8/3) sore menerima kunjungan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma di Istana Negara, Jakarta. Dalam kesempatan ini, Jokowi membahas berbagai kerja sama di berbagai bidang serta masalah yang menjadi hambatan, salah satunya yakni masalah hambatan tarif dan non-tarif untuk produk-produk Indonesia.
"Dan sekali lagi kita membahas mengenai masalah hambatan tarif nontarif. Untuk tarif, Presiden sudah menyampaikan apakah mungkin kita membentuk satu preferential trade agreement untuk beberapa komoditi," kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (8/3).
Retno mengatakan, Pemerintah Indonesia menilai, sejumlah komoditas yang diekspor ke Afrika Selatan mendapatkan tarif bea masuk yang cukup tinggi. Karena itu, Pemerintah Indonesia mengusulkan untuk membentuk preferential trade agreement.
Kendati demikian, Pemerintah Afrika Selatan tidak bisa langsung memutuskan usulan tersebut. Afrika Selatan harus berkomunikasi terlebih dahulu dengan sejumlah negara anggota Southern African Customs Union (SACU) yang terdiri dari Bostwana, Lesotho, Namibia, dan juga Swaziland sebelum menentukan kesepakatan dengan Indonesia. "Dan mereka harus sepakat dulu sebelum kemudian dilakukan pembicaraan dengan Indonesia," ujar dia.
Menlu menjelaskan, usul dari Pemerintah Indonesia agar menurunkan tarif bea masuk untuk produk Indonesia ini nantinya akan disampaikan ke negara anggota SACU. Sementara, Indonesia juga akan mempersiapkan identifikasi berbagai macam produk yang menjadi unggulan ekspor. Dengan demikian, produk-produk Indonesia dapat lebih bersaing dengan produk dari negara lainnya.
"Karena sekali lagi ini adalah sebuah emergence countries yang cukup besar dan produk-produk kita juga memiliki potensi yang sangat besar untuk ditingkatkan," kata Retno.