Selasa 07 Mar 2017 20:36 WIB

Cadangan Devisa Naik, Tahan Hadapi Risiko Kenaikan Suku Bunga AS

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
cadangan devisa, ilustrasi
cadangan devisa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Februari 2017 tercatat sebesar 119,9 miliar dolar AS. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pada Januari tahun ini sebesar 116,9 miliar dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan devisa. "Antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta hasi lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas," ujarnya di Jakarta, Selasa, (7/3).

Ia mengungkapkan, penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa, baik untuk pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah maupun SBBI valuta asing (valas) jatuh tempo. Besaran cadev per akhir Februari 2017 itu dinilai cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atay 8,5 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Cadangan devisa tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menajaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," tutur Tirta.

Deputi Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Risa Tyas Utami mengatakan, kondisi cadev sangat aman. Volatilitasnya pun dinilai membaik dibandingkan 2015 dan 2016. "Dibandingkan 2015, 2016, volatilitas membaik signifikan sampai awal tahun sampai hari ini secara year to date (ytd). Volatilitas kita juga sangat terkontrol," ujar Risa saat ditemui di gedung BI, Selasa, (7/3).

Ia menuturkan, pada Maret mendatang kondisi cadev tergantung kondisi pasar. Hanya saja BI yakin reaksi pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tidak akan ekstrem. "Artinya cadev kita kuat," ujarnya.

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, peningkatan cadev pada Februari 2015 merupakan hal wajar. Seiring dengan relatif stabilnya nilai tukar rupiah di Februari sehingga intervensi lebih sedikit dilakukan.

"Sementara di sisi lain ada penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, lelang SBBI valas, pajak, dan devisa migas bagian pemerintah yang menambah jumlah cadev," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement