Senin 06 Mar 2017 14:59 WIB

Suku Bunga AS Naik Ancam Rupiah Dekati Rp 14 Ribu per Dolar AS

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Karyawati menghitung uang dolar AS di tempat penukaran uang Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Kamis (20/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menghitung uang dolar AS di tempat penukaran uang Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Kamis (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku pasar masih menunggu Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga pada tahun ini. Kenaikan suku bunga ini diprediksi bisa menekan kurs rupiah hingga mendekati Rp 14 ribu per dolar AS.

Chief Economist and Executive and Executive Director of Mandiri Institute Anton Hermanto Gunawan mengatakan, bila kenaikan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate/FFR) cukup tinggi, maka akan memengaruhi kurs rupiah. "Bisa tekan rupiah ke Rp 13.800 per dolar AS," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin, (6/3). Hal itu terjadi jika FFR naik lebih dari dua persen.

Anton menjelaskan, selisih antara BI 7 Days Repo Rate (suku bunga acuan Bank Indonesia) dengan FFR masih longgar. Suku bunga di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan FFR sehingga aliran modal masuk ke Indonesia masih prospektif.

"BI 7 Days Repo sekarang 4,75 persen, kalau Fed Rate naik ke 1,5 persen masih ada sekitar 325 basis poin. Seharusnya masif relatif oke, kecuali naiknya dua persen ke atas dan diikuti kenaikan US Treasury," ujarnya.

Baginya, kenaikan FFR di atas dua persen tidak besar. Presiden AS Donald Trump pun dinilai tidak akan mengeluarkan kebijakan agresif, karena akan mengganggu perekonomian AS.

"Di Asia terutama Tenggara jelas masih ada arus modal masuk. Asia masih jadi satu tempat sasaran arus modal dunia masuk," katanya. Anton memperkirakan tahun ini FFR akan naik paling banyak tiga kali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement