Selasa 28 Feb 2017 04:46 WIB

Menteri Perindustrian Dorong Peningkatan Kapasitas Industri Perhiasan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Perhiasan (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Perhiasan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mendorong agar kapasitas produksi industri perhiasan di Tanah Air naik 12 persen. Saat ini kapasitas produksi industri perhiasan secara nasional mencapai 80 persen.

Menurut Airlangga, Kemenperin masih mendorong komoditas perhiasan sebagai andalan ekspor. Pada 2016, nilai ekspor perhiasan mencapai 5,34 miliar dolar AS. “Industri perhiasan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Sektor ini akan kami terus dorong pengembangannya karena padat karya berorientasi ekspor dan mempunyai daya saing yang kuat,” kata Menperin saat mengunjungi PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) di Surabaya, Senin (27/2).

Berdasarkan data pada 2015, jumlah unit industri perhiasan dan aksesoris di dalam negeri mencapai 36.636 perusahaan dengan nilai produksi sebesar Rp 10,45 triliun. Sektor ini menyerap tenaga kerja sebanyak 43.348 orang dan menghasilkan devisa melalui ekspor sebesar 3,31 miliar dolar AS.

Sementara itu, nilai ekspor produk perhiasan Indonesia ke dunia menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Nilai ekspor perhiasan pada 2011 sebesar 2,59 miliar dolar AS menjadi 5,34 miliar dolar AS pada 2016.

Di Jawa Timur, saat ini terdapat sebanyak 26 industri perhiasan berskala besar dan menengah, serta sekitar 1.854 industri berskala kecil. Industri tersebut tersebar di berbagai sentra industri seperti Surabaya, Gresik, Lamongan, Pasuruan, Lumajang dan Pacitan. Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 17.600 orang. Hal tersebut dinilai berdampak pada meningkatnya ekonomi nasional serta mengurangi kemiskinan.

Menperin menilai, industri perhiasan menjadi salah satu sektor andalan bagi Jawa Timur. Hal itu terlihat dari kontribusi nilai ekspor produk perhiasan yang mencapai 3,44 miliar dolar AS atau 19,17 persen dari total ekspor non-migas di Jatim. “Sedangkan, sumbangannya terhadap ekspor produk perhiasan nasional sebesar atau 64,42 persen dari total ekspor produk perhiasan nasional senilai 5,34 miliar dolar AS,” ungkapnya.

Pada 2016, negara tujuan ekspor produk perhiasan terbesar dari Jawa Timur antara lain, Swiss, Jepang, Singapura dan Hongkong. “Namun, negara pesaing utama ekspor produk perhiasan Jawa Timur di pasar internasional datang dari Belgia, Israel, Inggris dan India untuk perhiasan batuan permata dan negara Italia, Cina, Swiss dan Thailand untuk produk perhiasan logam mulia,” imbuh Airlangga.

Berdasarkan studi Euromonitor International, industri perhiasan di Indonesia pada 2016 tumbuh sekitar 13 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp 21 triliun. Sekitar 59 persen total nilai pasar perhiasan tahun lalu berupa emas, 18 persen perak, dan 14 persen kombinasi logam lainnya. Pada tahun ini, industri perhiasan nasional diproyeksikan tumbuh sebesar 15-20 persen.

Direktur Utama PT UBS Eddy Susanto Yahya mengatakan, industri perhiasan merupakan sektor padat karya, teknologi, dan inovasi. Menurutnya, industri perhiasan emas di Indonesia tergolong unik, berbeda dengan industri pada umumnya. Sebab, industri ini padat teknologi, prosesnya 100 persen harus dibuat dengan mesin. Namun, industri ini juga padat karya, karena produksi perhiasan seperti anting-anting 100 persen harus dibuat dengan tangan.

“Kami mampu produksi untuk perhiasan seperti bentuk rantai dengan ukuran berat 0,8-1 gram. Meskipun menggunakan teknologi canggih, untuk pembuatan giwang dan anting-anting masih memerlukan kreasi tangan manusia,” jelasnya.

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1981 tersebut telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3.300 karyawan. Negara tujuan ekspor UBS, antara lain Hongkong, Dubai, Amerika Serikat, dan Italia. “Indonesia unggul di industri perhiasan ini karena pasarnya sudah mature, desain dan produknya berkualitas baik, serta harganya kompetitif,” imbuh Eddy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement