Senin 27 Feb 2017 01:02 WIB

Panen Padi dan Terpaan Cuaca yang Kian tak Menentu

Rep: Lilis/Mursalin Yasland/ Red: Maman Sudiaman
Gabah
Foto: Antara/Asep Fagthulrahman
Gabah

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Hujan yang kerap turun dalam sebulan terakhir memengaruhi harga gabah di Kabupaten Indramayu. Pasalnya, hujan membuat penjemuran gabah menjadi sulit dilakukan.

 

‘’Saat hujan terus turun, petani sulit menjemur gabah. Tengkulak pun tidak datang sehingga harga gabah menjadi turun,’’ ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang kepada Republika, Ahad (26/2).

 

Sutatang menyebutkan, hal itu seperti yang terjadi di Kecamatan Kroya. Hujan yang turun saat panen, membuat harga gabah kering panen (GKP) di daerah tersebut hanya berkisar antara Rp 3.600 – Rp 3.700 per kg. Bahkan untuk gabah varietas IR Kebo, harganya hanya Rp 3.500 per kg.

 

Besaran harga itu lebih rendah dari harga pembelian pemerintah (HPP). Untuk HPP GKP, mencapai Rp 3.700 per kg di tingkat petani. Sedangkan HPP untuk gabah kering giling (GKG) sebesar Rp 4.600 per kg di penggilingan dan Rp 4.650 per kg di gudang Bulog. Namun, saat cuaca kembali panas, harga gabah di daerah tersebut kembali naik. Yakni menjadi Rp 3.800 – Rp 4.000 per kg. ‘’Jadi harga gabah tergantung cuaca. Kalau hujan, harga gabah memang turun. Tapi saat cuaca panas, harga gabah kembali naik,’’ terang Sutatang.

 

Disinggung mengenai harga gabah secara umum di Kabupaten Indramayu, Sutatang mengaku masih stabil. Yakni ada di kisaran Rp 3.800 – Rp 4.000 per kg. Hal itu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana harga gabah akan melonjak mulai akhir tahun hingga awal tahun. ‘’Sepanjang tahun kemarin, panen tidak terputus karena pengaruh La Nina. Produksi padi jadi berlimpah sehingga tidak ada lonjakan harga gabah,’’ tutur Sutatang.

 

Sutatang menyebutkan, luas areal yang sudah panen di Kabupaten Indramayu mencapai sekitar 35 persen. Di antaranya tersebar di Kecamatan Kroya, Haurgeulis, Terisi, Tukdana, Bangodua, Bongas, Patrol dan Sukra.

 

Terpisah, seorang petani di Kecamatan Kroya, Juroh mengakui sulitnya penjemuran gabah di saat cuaca hujan. Bahkan jika hujan terus menerus turun, maka kualitas gabah akan menurun hingga harganya pun menjadi anjlok.‘’Cari pembeli juga susah kalau hujan terus turun,’’ tandas Juroh.

Di Lampung, harga GKP di tingkat petani masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP).Tingginya harga gabah, menurut Mulyono, petani di Desa Trimulyo, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, karena belum semua petani memasuki masa panen, sehingga stok gabah masih sulit didapat. “Harga masih tinggi karena gabah masih sulit, belum panen raya,” ujarnya.

Harga GKP di tingkat petani Kecamatan Tegineneng mencapai Rp 4.950 per kg. Sedangkan HPP GKP hanya Rp 3.700 per kg. Petani setempat mengaku harga tersebut sesuai dengan kondisi saat ini, karena belum memasuki masa panen. Namun, jika masa panen raya sekitar bulan Maret mendatang, harga GKP anjlok.

Di Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, petani juga belum memasuki masa panen. Diperkirakan panen padi mulai berlangsung akhir Maret mendatang. Meski ada petani yang panen saat musim gadu, harga GKP juga masih tinggi mencapai Rp 5.000 per kg. 

Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat, harga GKP di tingkat petani pada sentra produksi beras di Lampung sudah mencapai Rp 4.950 per kg, sedangkan di tingkat penggilingan mencapai Rp 5.000 per kg. Sedangkan harga beras di tingkat penggilingan mencapai Rp 9.800 per kg.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, Yeane Irmaningrum mengatakan, dari 25 tempat survey di sentra produksi beras di Lampung, harga GKP di tingkat petani masih di atas HPP.

GKP tertinggi seharga Rp 4.950 per kg merupakan varietas Ciherang yang berada di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Sedangkan GKP terendah dengan harga Rp 4.950 per kg dari varietas IR64 di Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement