Sabtu 25 Feb 2017 14:34 WIB

Presiden Diminta tak Perpanjang Kontrak Freeport

PT. Freeport
Foto: Musiron/Republika
PT. Freeport

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM Fahmy Radhi meminta, Presiden Joko Widodo secara tegas mengumumkan untuk tidak memperpanjang kontrak karya PT Freeport Indonesia setelah 2021. Pasalnya, Freeport telah bersikap untuk tetap mempertahankan rezim kontrak karya yang dipegangnya.

Ya sudah, Presiden juga mesti bersikap untuk menunggu saja sampai habis kontrak itu pada 2021 dan selanjutnya diambil alih sepenuhnya oleh Indonesia," katanya di Jakarta, Sabtu (24/2).

Menurut dia, sisa kontrak karya Freeport, yang tinggal empat tahun (2017-2021) saja, bukanlah waktu yang panjang.

"Tunggu saja sampai habis kontrak dan kita bisa menguasai 100 persen tambang Freeport pasca-2021. Selama empat tahun sampai 2021 bisa menjadi masa transisi," ujarnya.

Pengambilalihan pasca-2021, lanjutnya, tidak ada konsekuensi hukum maupun biaya, lantaran KK Freeport sudah berakhir, sehingga harus diserahkan kembali kepada Pemerintah Indonesia. Pascadiambil alih pemerintah, pengelolaan tambang Freeport selanjutnya diserahkan kepada konsorsium BUMN, sehingga lebih memberikan kemakmuran rakyat, utamanya Papua dan bukan kemakmuran pemegang saham McMoRan Copper & Gold Inc.

Selain itu, Fahmy juga mengatakan, perubahan rezim KK Freeport menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK), bakal semakin menguntungkan perusahaan asal AS tersebut. Ia menyebut, dengan berubah menjadi IUPK, maka Freeport akan mendapat izin ekspor konsentrat selama lima tahun dan dapat kepastian perpanjangan 10 tahun dan yang bisa diperpanjang 2x10 tahun.

Dengan menjadi IUPK, ia memperkirakan akan terjadi ekspoitasi besar-besaran di Papua selama 30 tahun yang lebih menguntungkan Freeport, sementara rakyat Papua tetap saja miskin. Oleh karena itu, katanya, pemerintah tidak perlu mengubah KK Freeport menjadi IUPK.

Fahmy juga memperkirakan Freeport tidak akan merealisasikan ancamannya untuk memperkarakan Indonesia ke arbitase internasional. Alasannya, selain peluang menang kecil, juga risiko besar yakni mersosotnya harga saham McMoRan Copper & Gold Inc di Bursa New York (FCX).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement