Jumat 24 Feb 2017 17:36 WIB

Menko Darmin Sebut Laporan Oxfam Soal Indonesia Terbilang Gawat

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menerima laporan terbaru soal ketimpangan kesejahteraan ekonomi teranyar yang dirilis oleh International NGO Forum on Indonesian Development (Infid) dan Oxfam. Dalam laporan tersebut, disebutkan kekayaan yang dimiliki empat miliarder terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 100 juta penduduk termiskin di Indonesia.

Laporan yang menunjukkan adanya ketimpangan ekstrem tersebut kemudian mendapat reaksi dari Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Darmin menilai, data yang dipaparkan dalam laporan Oxfam tersebut terbilang 'gawat'.

Ia mengakui, ketimpangan memang menunjukkan tren kenaikan dalam dua dekade belakangan. Namun, ia mengingatkan bahwa dalam setahun belakangan rasio gini mengalami perbaikan meski tak signifikan.

"Kalau dibilang 1 persen penduduk kita kuasai 40 persen total kekayaan, saya memang baca. Tapi kalau dibilang empat orang terkaya kuasai 100 juta, itu bertentangan dengan angka (gini rasio)," ujar Darmin di Kementerian Keuangan, Jumat (24/2).

Lihat juga: Jurus Sri Mulyani Mengatasi Ketimpangan Ekonomi yang Semakin Melebar

Ia menilai, perlu ada klarifikasi data tentang perhitungan bahwa kekayaan segelintir miliarder setara dengan nyaris separuh total kekayaan penduduk Indonesia. Apalagi, lanjut Darmin, rasio gini mulai menunjukkan optimisme bahwa ketimpangan bisa ditekan.

"Dan memang kita sedang menyiapkan serangkaian untuk memperbaiki. Ya seyogianya janganlah terus saling bertentangan sendiri," katanya.

Darmin menyebutkan, salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan adalah pembangunan infrastruktur. Meski sebagian orang memandang bahwa pembangunan jalan tol, pelabuhan, atau kawasan industri hanya menguntungkan kelompok elit, Darmin menilai bahwa kelompok pertama yang merasakan manfaat dari pembangunan infarstruktur adalah kelompok ekonomi lemah.

"Kalau infrastruktur dibangun, pertama yang menikmati adalah masyarakat berpendapatan rendah. Karena yang bekerja mereka dulu. Walau setelah jadi yang bisa memanfaatkan nya adlaah menengah ke atas," ujar Darmin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement