REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menilai, pemerintah perlu mempersiapkan UMKM untuk menghadapi digitalisasi dan revolusi industri keempat. Menurut Faisal, fenomena tersebut ibarat pedang bermata dua terhadap tingkat ketimpangan Indonesia.
"Fenomena itu kalau kita tidak hati-hati memang bisa melebarkan ketimpangan," kata Faisal ketika dihubungi Republika, Kamis (24/1).
Digitalisasi, ujar Faisal, saat ini terus mengalami perkembangan pesat. Namun, dia menyarankan, perkembangan ekonomi digital perlu diikuti dengan upaya meningkatkan kesempatan pada kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Dia mencontohkan, pertumbuhan niaga daring di Indonesia masih sebatas memanfaatkan peluang pasar domestik yang besar. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak diikuti dengan perkembangan aktivitas produksi UMKM.
"Belum menstimulasi aktivitas produksi utamanya untuk menengah ke bawah. Kita bisa lihat dari porsi barang yang dijual di online itu 90 persen impor," kata Faisal.
Menurut Faisal, dengan potensi pasar Indonesia yang besar semestinya dapat diimbangi dengan pengembangan UMKM sektor produksi. Pemerintah, ujarnya, perlu lebih giat memberikan pendampingan sehingga produk UMKM lebih kompetitif di pasar daring.
"Perkembangan ekonomi digital jangan hanya membuat kita menjadi pasar tapi harus bisa mendorong produksi nasional utamanya dari UMKM. Itu kemudian bisa menekan ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin," kata Faisal.