REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perhiasan emas di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 13 persen pada 2016. Studi yang dilakukan Euromonitor Internasional menunjukkan pada tahun lalu pertumbuhan industri di sektor tersebut mencatatkan angka Rp 21 triliun.
Perwakilan Euromonitor Internasional, Jasmine Seng, mengatakan perhiasan emas menduduki peringkat pertama yang mengalami pertumbuhan signifikan. Emas mendominasi jual-beli perhiasan dengan pangsa pasar sekitar 59 persen dari total nilai jual-beli perhiasan pada 2016. Adapun produk yang paling banyak diminati yakni cincin dan kalung.
"Asia Tenggara merupakan sasaran yang penting bagi produsen perhiasan, terutama di Indonesia di mana meningkatnya pendapatan kelas menengah memberikan potensi besar untuk pembelian perhiasan," ujarnya, dalam acara diskusi 'Prospek Industri Perhiasan Emas Indonesia' di Jakarta, Senin (20/2).
Salah satu pelaku industri perhiasan emas di Indonesia, PT Hartadinata Abadi, memproduksi 7,2 ton perhiasan emas selama 2016. Ia menargetkan, pada 2017 penjualan perhiasan emas dapat tumbuh 20 persen menjadi 8,7 ton.
Komisaris Utama PT Hartadinata Abadi, Ferriyady Hartadinata, optimistis target tersebut dapat tercapai mengingat kultur masyarakat Indonesia yang gemar membeli perhiasan, terutama jelang hari raya. "Sejak lama emas lekat dengan tradisi dan kultur masyarakat Indonesia. Selain merepresentasikan status sosial, nilai investasi perhiasan emas juga relatif stabil," ucapnya, dalam kesempatan yang sama.
Pada 2003, Ferri melanjutkan, PT Hartadinata Abadi hanya melayani permintaan perhiasan emas sebanyak 150 kilogram per bulan. Pada 2016, pihaknya telah mampu memproduksi 600 kilogram perhiasan emas per bulan. Ferri menyebut, industri perhiasan emas relatif lebin stabil jika dibanding dengan industri lain yang kerap mengalami pasang surut.
Buktinya, kata dia, harga jual emas tidak pernah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. "Rata-rata kenaikannya 15 persen."
Kementerian Perindustrian mencatat industri perhiasan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pada 2015, jumlah unit industri perhiasan dan aksesoris di dalam negeri mencapai 36.636 perusahaan dengan nilai produksi Rp 10,45 triliun. Industri perhiasan juga termasuk industri padat karya karena telah menyerap tenaga kerja senanyak 43.348 orang.