Ahad 12 Feb 2017 18:02 WIB

Akurasi BPS Meningkat dengan Metode Sensus MPD

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Citra Listya Rini
Badan Pusat Statistik (BPS)
Foto: Antara
Badan Pusat Statistik (BPS)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan metode sensus dengan memanfaatkan big data Mobile Positioning Data (MPD) dinilai meningkatkan akurasi hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS). Metode yang memanfaatkan sinyal dari ponsel yang dibawa oleh wisatawan mancanegara ini mampu memproyeksikan jumlah kunjungan ke Indonesia dengan angka nyaris tepat.

Ekonom Senior Universitas Indonesia Rhenald Kasali menilai, ide BPS untuk memanfaatkan teknologi selular patut diapresiasi. Apalagi, metode ini mampu melacak jumlah kunjungan wisman di 19 kabupaten dan 46 kecamatan yang belum terpantau Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI).

"Mengganti kertas dengan dunia digital. Kertas itu bisa salah mencatat, bisa salah lihat, tidak real time, sangat terbatas jangkauan indra manusia. Sementara dengan Big Data, sudah terbantu oleh mesin, jauh lebih akurat, real time up date, efisien,” ujar Rhenald melalui siaran persnya, Ahad (12/2).

Rhenald menambahkan, data resmi BPS yang perhitungannya lebih akurat bisa membantu berbagai instansi termasuk Kementerian Pariwisata untuk mengevaluasi tingkat kunjungan wisman. Apalagi, berbagai kebijakan bisa dibuat dengan pertimbangan data dan angka yang mewakili kondisi sesungguhnya.

Ia menilai, wisatawan saat ini sudah masuk ke dalam kelompok digital lifestyle. Artinya, ke mana saja tidak akan lepas dari ponselnya. Rhenald bahkan menyinggung sebuah kelakar bahwa kebutuhan pokok manusia sekarang berbeda dengan era terdahulu.

Saat ini kebutuhan pokok manusia adalah sandang, papan, tempat tinggal, dan wifi, powerbank, serta colokan listrik untuk mengisi daya ponsel.  “Objeknya sudah jelas, HP minded. Sudah tidak masuk akal ada orang hidup tanpa HP,” katanya.

Rhenald juga menyinggung sepak terjang Angkasa Pura II yang saat ini sudah menggunakan digital sebagai marwah perusahaan. Menurutnya, penumpang pesawat saat ini sudah melek digital.

Artinya, jelas Rhenald, pengelola bandara juga harus bisa mengikuti pasar dengan menyediakan fasilitas yang memiliki teknologi teranyar dan memudahkan penumpang di sisi teknologi.

”Jadi lahirlah smart airport, lahirlah smart data tourism, muncul smart data di seluruh lini, jadi BPS juga melahirkan smart data dalam melaksanakan sensus,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement