Jumat 10 Feb 2017 11:41 WIB

Guru Besar IPB: Industri Harus Bisa Manfaatkan Semua Jenis Kayu

Rep: Santi Sopia/ Red: Nidia Zuraya
Industri kayu (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Industri kayu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Banyak industri kayu yang tutup karena kekurangan bahan baku. Produksi kayu dari hutan alam, baik dari segi kualitas maupun kiantitas perlahan terus menurun. 

Menurut Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Wasrin Syafii, industri harus menyesuaikan dengan kondisi ketersediaan bahan baku. Menurut dia, industri harus bisa memanfaatkan segala jenis kayu.

"Tak hanya kuantitas, juga soal kualitas, kayu jelek pun misalnya harus bis diolah," ujar Wasrin, Jumat (10/2).

Menurut Wasrin, sejak 1880, indsutri kebanyakan memanfaatkan jenis kayu yang besar-besar saja. Padahal, kata dia, industri harus bisa memanfaatkan semua bagian kayu, mulai dari cabang , ranting hingga akar. 

Ia mengatakan, perlu dilakukan berbagai upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan agar keberlangsungan industri perkayuan tetap teraga dengan baik. Saat ini bahan baku untuk industri perkayuan pada umumnya bermutu rendah. 

Perubahan mutu bahan baku tersebut akan berdampak terhadap ciri industri perkayuan, artinya jenis jenis industri yang akan dikembangkan harus menyesuaikan dengan mutu bahan baku yang tersedia. "Jenis industri kayu yang perlu dikembangkan adalah jenis industri yang mampu menerapkan konsep the whole tree utilization, yaitu industri yang bisa memanfaatkan semua jenis kayu, bisa memanfaatkan semua bagian kayu, seperti batang, cabang, ranting, akar, kulit, daun, dan biji, dan juga bisa memanfaatkan semua komponen kimia yang terdapat dalam kayu (selulosa, hemiselulosa, lignin, ekstraktif," kata dia.

Jenis industri yang memenuhi kriteria tersebut, lanjut dia, di antaranya, industri kayu komposit (papan partikel, papan serat, papan kayu lamina, industri pulp dan kertas, serta industri kimia dan energi yang berbasis biomassa. Industri kimia dan energi yang berbasis biomassa hutan atau yang lebih dikenal dengan istilah industri biorefinery, yaitu industri yang mengonversi biomassa (hutan, pertanian, perikanan, dan lainnya).

Ia menambahkan, industri juga harus mampu memanfaatkan semua komponen kimia yang terdapat pada kayu. "Misalnya pemanfaatna zat ekstraktif untuk keperluan jadi obat, pengawet dan biomas energi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement