REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita menyebut tingginya harga komoditas pangan salah satunya disumbang oleh ulah tengkulak yang membuat ketersediaan stok komoditas menjadi tidak stabil. Untuk mengatasi persoalan tersebut, ia menyarankan agar pemerintah memaksimalkan sistem resi gudang.
"Pemerintah kan punya sistem resi gudang. Itu harus dimaksimalkan agar peranan tengkulak bisa berkurang," ujar Zaldy pada wartawan di Jakarta, Rabu (8/2) lalu.
Dengan adanya sistem tersebut, petani dapat menyimpan hasil produksinya yang berlebih di gudang saat musim panen raya. Selanjutnya, produk pangan dapat dijual setelah musim panen berakhir. Dengan begitu, fluktuasi harga dapat diredam.
Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Perdagangan, aktivitas perdagangan melalui Sistem Resi Gudang (SRG) pada 2016 tercatat 6.421,47 ton dengan nilai transaksi sebesar Rp 42,58 miliar. Jumlah tersebut menurun 28 persen untuk volume dan turun 48 persen untuk nilai transaksi dibanding tahun sebelumnya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut bahwa menurunnya aktivitas perdagangan melalui sistem resi gudang disebabkan oleh kurangnya komitmen dari pemerintah daerah. Selain itu, Mendag juga mengakui masih adanya keterbatasan sarana dan prasarana gudang.