Selasa 07 Feb 2017 04:18 WIB

Babe Jadi Salah Satu Pemicu Inflasi di Banyumas

Rep: eko widiyatno/ Red: Budi Raharjo
Cabai merah
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Cabai merah

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sepanjang Januari 2017, Kota Purwokerto dan Cilacap, mencapai angka inflasi yang cukup besar. Berdasarkan data di BPS setempat, inflasi di Purwokerto tercatat 1,05 dan inflasi di Cilacap sebesar 1,6 persen. Laju inflasi di Kota Cilacap menjadi yang tertinggi di Jawa Tengah.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto, Ramdan Denny Prakoso menyatakan ada banyak faktor yang menyebabkan laju inflasi di kedua kota tersebut mencapai angka di atas 1. Antara lain, karena pengaruh kenaikan si-Babe (bawang merah dan cabai). ''Itu hanya sebagian faktor yang mempengaruhi inflasi. Masih banyak faktor lain yang juga ikut mendorong inflasi,'' jelasnya, Senin (6/2).

Antara lain, kara Ramdan, kenaikan tarif penerbitan STNK/BPKB dan juga rencana kenaikan tarif listrik bagi golongan pelangggan tertentu PLN. ''Kedua hal itu juga menjadi pemicu laju inflasi yang cukup tinggi, selain juga karena kenaikan harga sejumlah komoditas,'' jelasnya.

Selain si-Babe, BI mencatat, laju inflasi yang cukup tinggi juga disebabkan harga daging sapi yang tidak kunjung turun. Hingga saat ini, harga daging sapi di wilayah Banyumas dan sekitarnya masih bertengger di tingkat harga Rp 110 ribu-Rp 120 ribu per kg.

Untuk mengatasi kenaikan harga komoditas, Ramdan menyebutkan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), telah dan terus melakukan sejumlah upaya. Untuk menekan kenaikan harga bawang merah, TPID mengandalkan pada Operasi Pasar yang dilakukan Bulog Banyumas. Untuk itu, Bulog Banyumas akan bekerja sama dengan Bulog Pekalongan yang sebelumnya telah melakukan penyerapan bawang merah hasil panen petani di daerahnya.

Sedangkan untuk menekan kenaikan harga cabai, ada beberapa langkah yang akan dilakukan. Antara lain, dengan menggelar OP dan mengkampanyekan Gerakan Desa Tanam Cabe dimana setiap desa akan mendapat bantuan 6.000 benih cabai. ''Gerakan ini akan kita lombakan, tiap kecamatan akan ada pemenangnya, dan pemenang kecamatan akan diadu di tingkat kabupaten,'' jelasnya.

Dengan cara ini, dia berharap, ketergantungan masyarakat terhadap cabai yang ada di pasar-pasar akan bisa berkurang, karena masyarakat bisa memenuhi sendiri kebutuhan komoditi tersebut. ''Kita dari TPID juga akan memanfaatkan lahan marginal/lahan nganggur untuk ditanami cabai,'' jelasnya.

Sementara untuk menekan harga daging sapi, Ramdan menyatakan juga akan menempuh sejumlah langkah. Antara lain dengan menggencarkan OP daging kerbau impor yang dilakukan oleg Bulog Banyumas. ''Kita juga menggencarkan sosialisasi pada masyarakat, agar tervuasa mengonsumsi daging kerbau,'' katanya.

Selain langkah itu, TPID juga akan membuat situs Sapipotongonline untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi keberadaan sapi potong yang dijual kalangan peternak atau pedagang. Data di situs itu dapat langsung diinput dari kelompok2 peternak sapi, sehingga baik pemerintah, peternak dan masyarakat punya informasi yang sama mengenai ketersediaan sapi potong.

''Dengan langkah ini, kami berharap distribusi sapi potong menjadi lebih merata, sehingga harga sapi hidup akan cenderung seragam,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement