REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sumbangan terhadap distribusi Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2016 masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, kontribusi konsumsi rumah tangga pada 2016 mencapai 56,5 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding komponen lainnya, seperti investasi dengan porsi 32,57 persen, kinerja ekspor impor dengan sumbangan 19,08 persen, konsumsi pemerintah sebesar 9,45 persen.
Data angka tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi 2016 lalu digerakkan oleh ketiga komponen pengeluaran di atas. Artinya, meski komponen konsumsi LNPRT atau Lembaga Non-Profit yang melayani rumah tangga mengalami pertumbuhan tertinggi dengan angka 6,62 persen, tetapi capaian ini tak cukup mampu mendongkrak laju pertumbuhan lantaran kontribusinya yang hanya 1,16 persen. Angka ini lebih kecil dibanding kontribusi komponen pengeluaran lainnya tersebut.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga yang menyumbang kue pertumbuhan ekonomi terbesar mengalami laju pertumbuhan sebesar 5,01 persen. Angka ini semakin menunjukkan bahwa capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan jauh-jauh dari angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Tentunya, kondisi ini terjadi bila konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak pertumbuhan terbesar. Hal ini berlawanan dengan konsumsi pemerintah yang anjlok dengan laju 0,15 persen. Merosotnya kontribusi konsumsi pemerintah merupakan imbas dari penyesuaian anggaran yang dilakukan di kuartal kedua dan ketiga pada 2016 lalu.
Sementara itu, komponen investasi menduduki peringkat ketiga sebagai penyumbang pertumbuhan PDB dengan laju pertumbuhan hingga 4,48 persen. Sedangkan, laju pertumbuhan untuk kinerja ekspor impor yang mengalami pertumbuhan minus 1,74 persen. Angka ini meski kecil, tetapi karena sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi cukup besar, maka ikut menahan laju pertumbuhan secara menyeluruh.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, tantangan pertumbuhan ekonomi untuk 2017 salah satunya adalah menjaga laju inflasi. Penjelasannya, inflasi yang rendah mampu menjaga konsumsi rumah tangga yang saat ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan inflasi yang melonjak akan menekan daya beli masyarakat. Imbasnya, dikhawatirkan akan ikut menekan laju pertumbuhan pada 2017.
"Namun saya yakin pemerintah mampu kendalikan inflasi tahun 2017. Salah satunya dengan kendalikan harga pangan dengan jaga pasokan pangan. Saya yakin komitmen pemerintah itu bisa dilakukan," ujarnya.