Rabu 01 Feb 2017 02:41 WIB

Dapat Suntikan Modal, Bank Muamalat Siap Naik Kelas

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
Bank Syariah
Bank Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Muamalat akan mendapat suntikan modal sebesar Rp 2 triliun dari pemegang saham pada semester satu tahun ini. Rencana ini dipastikan akan mendongkrak kelas bank menjadi ke kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) III yang bermodal inti paling sedikit Rp 5 triliun.

Direktur Utama Bank Muamalat, Endy Abdurrahman mengatakan, dana tersebut akan didapatkan perusahaan dari pemegang saham perusahaan yakni Islamic Development Bank (IDB), Boubyan Bank Kuwait dan Atwill Holdings Limited.

"Kita harapkan tahun ini (suntik modal). Tapi kalau ada tambahan Rp 2 triliun pasti buku 3 langsung, sampai sebelum akhir juni kita harapkan (terealisasi)," ujarnya di Jakarta, Senin (30/1).

Menurut Endy, rencana suntikan modal tersebut sudah dicanangkan sejak akhir tahun lalu. Namun rencana itu mundur karena beberapa alasan.

Kendati begitu, ia memastikan jika komitmen penambahan modal dari pemegang saham masih ada. Sehingga dengan adanya rencana itu Bank Muamalat menilai belum perlu menambah modal dari jalur pasar modal.

"Semua itu masih kita diskusikan. Jadi memang kita ada rencana di akhir tahun kemarin tapi itu agak mundur sedikit. Tapi yang jelas komitmen mereka masih berjalan," katanya.

Saat ini IDB memegang porsi saham terbesar di Bank Muamalat, yaitu sebesar 32,74 persen. Sementara, pemegang saham lainnya, yaitu Boubyan Bank Kuwait sebesar 22 persen, Atwill Holdings Limited sebesar 17,91 persen, National Bank of Kuwait 8,45 persen, dan IDF Foundation 3,48 persen.

Pemegang saham lainnya memiliki kurang dari tiga persen kepemilikan bank pionir syariah tersebut, yaitu BMF Holdings Limited 2,84 persen, M Rizal Ismael 2,34 persen, Koperasi Perkayuan Apkindo MPI 1,39 persen, Andre Mirza Hartawan 1,18 persen, BPDONHI 1,03 persen, serta masyarakat 6,64 persen.

"Posisi rasio kecukupan modal (CAR) kita di 12,7 hampir 12,8 persen, itu untuk standar internasional masih tinggi. Tapi memang Indonesia standarnya mau 14 persen," katanya.

Adapun pada tahun ini, pihaknya telah menyiapkan target konservatif dalam pertumbuhan pembiayaan di kisaran 10 persen dari tahun 2016. Endy mengaku optimistis dengan kinerja perseroan setelah berhasil melakukan konsolidasi di 2016. Adapun dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan sebesar 17 persen.

"Sedangkan porsi dana murah dibandingkan dana mahal akan ditingkatkan menjadi 40 persen dari sebelumnya hanya 35 persen,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement