REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Urusan Logistik (Bulog) menyatakan, pergerakan harga beras tahun 2016 relatif stabil dibandingkan pada 2015 yang sempat mengalami kenaikan sampai 30 persen. Hal itu didukung oleh upaya Bulog dalam menyerap gabah atau beras serta melaksanakan Operasi Pasar (OP).
Sampai akhir 2016, penyerapan gabah atau beras mencapai 2,9 juta ton dari target 3,2 juta ton atau 92,54 persen dari target Rancana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Hal ini menunjukkan ada peningkatan dari 2015 yang baru terserap 2,6 juta ton dari target 3,2 juta ton atau 81,2 persen.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, pemerintah sudah cukup melakukan berbagai usaha untuk menggenjot produksi melalui gerakan masif swasembada padi. "Upaya-upaya ini harus terus didorong dan dilakukan secara konsisten diiringi dengan pembenahan data supaya kita mendapatkan gambaran yang akurat, sehingga dapat diambil kebijakan lebih tepat sasaran," jelasnya, saat ditemui di kantor Perum Bulog, Jakarta, Selasa, (31/1).
Ia pun mengungkapkan, demi membantu penyediaan pangan bagi masyarakat kurang mampu, Bulog juga melakukan pendistribusian beras kepada golongan masyarakat tertentu lewat program Beras untuk Keluarga Sejahtera (Rastra). Realisasinya menembus lebih dari 2,7 ton atau 99,53 persen sampai akhir 2016.
"Tahun 2016 merupakan kinerja penyaluran tertinggi dalam lima tahun terakhir," ujar Djarot. Ia menambahkan, Target Rumah Taangga Sasaran (RTS) - Penerima Manfaat (PM) pada 2016 masih sama dengan 2015 yaitu lebih dari 15,5 juta.
Selanjutnya untuk kegiatan Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) pada 2016 sebanyak 329.420 ton telah tersalurkan untuk bantuan bencana dan pengendalian harga beras sebanyak 311.764 ton atau 94,6 persen. Menurut Djarot, manfaat CBP sangat dirasakan ketika terjadi keadaan darurat atau bencana, termasuk saat harga beras bergejolak di tingkat konsumen.
"Dengan tersedianya CBP dalam jumlah cukup, maka bantuan kegiatan stabilisasi harga beras melalui operasi pasar beras bisa dilakukan secara besar-besaran," tutur Djarot.
Ia menambahkan, keinginan Presiden Joko Widodo agar harga beras yang dikonsumsi masyarakat secara nasional harganya di bawah Rp 8 ribu per kilo pun terpenuhi pada 2016.
Berdasarkan catatan BPS pada Desember 2016, harga beras terendah di pasaran sekitar Rp 7.746 per kilogram. Djarot menjelaskan, hal itu berkat OP beras secara besar-besaran, sehingga angka inflasi tahun lalu relatif terkendali.