Rabu 25 Jan 2017 18:04 WIB

BI Awasi Harga Minyak dan Tarif Listrik untuk Kendalikan Inflasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia mengungkapkan fluktuasi harga minyak dunia di tahun 2017 akan menyumbang gejolak inflasi, meski tak signifikan. Bila dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 ditetapkan asumsi makro untuk harga minyak Indonesia (ICP) sebesar 45 dolar AS per barel, maka BI memproyeksikan angkanya bakal naik tipis di level 47 dolar AS per barel di tahun 2017 ini.

Namun, di samping potensi kenaikan ICP, ada risiko lain yang bisa mengerek angka inflasi lebih tinggi lagi yakni administered prices atau harga yang ditetapkan pemerintah. Contohnya adalah penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) untuk golongan daya 900 Volt Ampere (VA) dan kenaikan biaya administrasi surat kendaraan bermotor per awal tahun ini. Keduanya, mengalami kenaikan harga di saat harga-harga kebutuhan pokok lainnya terutama cabai juga sedang meroket tinggi.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai, penyesuaian tarif listrik dan kenaikan tarif penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sedikit banyak akan menyumbang angka inflasi di awal tahun. Agus juga mengingatkan pemerintah adanya potensi kenaikan inflasi akibat penyesuaian harga BBM umum nonpenugasan oleh Pertamina.

Bank Indonesia mencatat, sepanjang tahun 2016 komponen administered prices berkontribusi atas 0,21 persen inflasi. Sedangkan volatile food menyumbang inflasi cukup tinggi yakni 5,92 persen. Belajar dari tahun lalu, BI menargetkan inflasi volatile food dijaga di level 4 hingga 5 persen.

"Yang kaitannya dengan harga keekonomian dan kebijakan BBM satu harga. Itu area yang kami ikuti. Kalau ada penyesuaian harga BBM, itu akan membuat inflasi bisa dijaga," ujar Agus di Bank Indonesia, Rabu (25/1).

Selain itu, Agus juga mengungkapkan bahwa kondisi inflasi di daerah sangat beragam, tergantung kondisi harga bahan pokok yang cukup bergejolak. Bank Indonesia, lanjutnya, tetap memantau 10 harga pangan utama yang memberikan pengaruh besar terhadap inflasi.

"Kita sudah punya satu sistem membuat kebijakan harga pangan terkendali, kita ada pusat informasi pangan strategis. 10 komoditas pangan paling senstif. Kalau harga bisa kita kaji, itu bentuk tindak lanjutnya akan semakin bisa terukur dan tepat waktu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement