REPUBLIKA.CO.ID, TABANAN -- Petani manggis di Kabupaten Tabanan, Bali yang akan panen Mei mendatang diperkirakan mengalami gagal akibat pengaruh cuaca ekstrem.
"Cuaca yang tidak menguntungkan itu menyebabkan tingkat pertumbuhan tanaman, dominan hanya tumbuh daun saja tanpa ada buah," kata salah seorang petani manggis di Banjar Kebon Jeruk Kauh, Desa Munduk Temu Kecamatan Pupuan, Tabanan, Ketut Suardika, Kamis (19/1).
Suardika mengatakan, kondisi cuaca hujan yang diselingi panas terik matahari dalam periode yang tidak biasa berlangsung sejak akhir tahun 2016 hingga kini, menyebabkan tanaman manggis hanya tumbuh daun.
Kata Suardika, cikal bakal buah jumlahnya sangat kecil. Bahkan nyaris tidak ada. Ia mengatakan, selama ini untuk menjamin tumbuh dan produksi, tanaman manggis memerlukan cuaca yang stabil. Artinya, musim hujan maupun panas terjadi tidak dalam waktu yang berlebih.
Kondisi sekarang curah hujan yang terjadi dalam intensitas berlebih dan itu berlangsung hingga awal tahun, sehingga berdampak besar terhadap produksi buah pada tanaman manggis.
Suardika menjelaskan, pengalaman sebelumnya dengan kondisi cuaca yang mendukung biasanya periode Januari sudah ada mulai tumbuh cikal bakal buah untuk kemudian akan siap memasuki masa panen manggis pada Mei nanti.
Tahun lalu dengan membudidayakan 75 pohon manggis, rata-rata mampu menghasilkan produksi manggis hingga tiga sampai empat ton per musim panen.
"Namun, saat ini dengan jumlah yang sama kemungkinan hanya akan memperoleh hasil 10 biji pada musim panen nanti. Saya rasa hal sama juga terjadi pada produksi salak, duku dan sejumlah komoditas hortikultura lainnya yang menglami penurunan produksi hingga gagal panen," ujar Suardika.
Hal itu hampir terjadi di tingkat petani serupa di Pupuan. Gagal panen nantinya juga akan berdampak pada mengecilnya volume ekspor buah manggis yang selama ini menjadi andalan pangsa pasar petani di Pupuan. Petani selain mengandalkan serapan pasar lokal, termasuk memenuhi keperluan pasar-pasar modern.
Di tempat terpisah salah seorang petani dan sekaligus pengepul buah, Komang Sucita mengungkapkan, tahun ini kemungkinan dengan cuaca ekstrim ini akan mengakibatkan mundurnya musim panen hampir semua jenis buah lokal. Prediksinya, kemundurunan yang terjadi bisa mencapai tiga bulan dari masa panen sebelumnya.
"Selain waktu panen mundur, dampaknya juga terjadi pada jumlah produksi di tingkat petani yang menjadi kurang maksimal. Sebab itu, harga buah lokal kemungkinan akan mengalami gejolak harga pada momen hari raya, karena tingginya permintaan pasar saat itu," kata Sucita.