REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah merasa harus memantau lebih ketat perkembangan tiga asumsi makro di tahun 2017 ini sebagai imbas gejolak ekonomi global dan kebijakan ekonomi domestik. Ketiga asumsi makro yang dianggap lebih rawan untuk berfluktuasi di tahun 2017 adalah inflasi, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan, volatilitas ketiganya dinilai lebih tinggi di tahun 2017 lantaran pemerintah memutuskan untuk mengalihkan subsidi listrik untuk pelanggan golongan daya 900 Volt Ampere (VA) secara bertahap per Januari ini. Perubahan skema subsidi dari terbuka menjadi tertutup ini, lanjut Sri, berpotensi memberikan sumbangan inflasi di masyarakat.
Bertambahnya pengeluaran bagi kelompok masyarakat tertentu ini diyakini akan berimbas kepada 3 asumsi makro di atas. "Namun akan kita lihat. Yang volatile tiga itu, karena tahun 2017 ada kebijakan subsidi dari terbuka ke tertutup," ujar Sri dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (18/1).
Selain inflasi, suku bunga SPN, dan nilai tukar, Sri juga menyebutkan bahwa harga minyak dunia juga berpotensi untuk mengalami fluktuasi. Namun berbeda dengan ketiga asumsi makro sebelumnya yang lebih dipengaruhi faktor internal, maka harga minyak dunia lebih banyak bergantung pada dinamika pasar dunia.
Namun, Sri menegaskan bahwa pemerintah sudah menyiapkan skenario untuk mengantisipasi hal ini. "Perlu diwaspadai, harga minyak dunia di angka 45 dolar AS depend on global growth. Namun masih ada ketidakpastian. Jadi angka ini masih kita lihat," jelas Sri.
Secara umum Sri menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2017 masih dipayungi oleh optimisme. Hanya saja, ia mengaku perlu ada kehati-hatian dari pemerintah untuk mempnitor reaksi global trlebih setelah Donald Trump dilantik dan menjalankan kebijakan-kebijakan proteksionisme-nya.
Menurutnya, ada tiga kebijakan Trump yang sedang diwanti-wanti oleh pasar global, yakni kebijakan fiskal dan belanja oleh pemerintah AS, kebijakan internasional untuk mencegah perusahaan besar AS melakukan relokasi sentra industri ke luar negeri, dan pemberian tarif pajak yang besar bagi produk impor dari luar AS.
"Ini akan berikan pengaruh kepada ekonomi dunia. Ini akan berikan pengaruh signifikan. Pengaruhnya terahdap perdagangan internasional akan teus kami perhatikan terutama berkaitan dengan hubungan Cina yang saat ini dalam level retorika berikan sentimen," katanya